Rabu, 28 April 2010

BOLEH CINTA, JANGAN CINTA BUTA

Seseorang sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan setia.” (HR. Ahmad)

Maha Agung Allah yang telah menganugerahkan jiwa-jiwa persaudaraan buat seorang mukmin. Ada kebahagiaan tersendiri ketika hidup dengan banyak teman dan saudara seiman. Mungkin, itulah di antara bentuk keberkahan.

Namun, tidak semua pertemanan berujung kebaikan. Perlu kiat tersendiri agar niat baik pun menghasilkan yang baik.

Mengenali teman dengan baik

Islam adalah agama yang santun. Seperti itulah ketika Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa mendahului salam. Mendahului salam sangat dianjurkan Rasulullah saw., kepada yang kita kenal atau belum: “…berilah salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang belum kamu kenal.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Dari salam inilah hal pertama yang bisa didapat dari calon teman adalah muslimkah dia. Paling tidak, ada gambaran sejauh mana tingkat keislaman orang itu. Karena seorang muslim yang baik paham kewajiban menjawab salam.

Setelah saling berbalas salam, jalinan perkenalan dirangsang dengan mengenalkan diri si pemberi salam terlebih dahulu. Dari situlah tukar informasi diri berlangsung lancar. Dan senyum merupakan ungkapan tersendiri yang mensinyalkan rasa persaudaraan dan perdamaian. Rasulullah saw. bersabda, “Jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal menjadi rukun dan bila tidak saling mengenal timbul perselisihan.” (HR. Muslim)

Namun, satu momen perkenalan itu jelas belum cukup. Butuh interaksi secara alami. Setelah itu, waktu dan jumlah pertemuanlah yang menentukan. Apakah perkenalan berlanjut pada persaudaraan. Atau sebaliknya, sekadar kenal saja. Dan keinginan kuat untuk bersaudara mesti diutamakan dari sekadar kenal. Terlebih persaudaraan karena jalinan iman dan takwa.

Allah swt. mengisyaratkan itu dalam surah Al-Hujurat ayat 13. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Walau pada tingkat persaudaraan, perkenalan bukan berarti sesuatu yang sudah usai. Karena kehidupan manusia tidak diam. Ia selalu bergerak, berubah, dan berganti. Termasuk pada sikap dan karakter. Boleh jadi, seseorang bisa terheran-heran dengan perubahan teman lama yang pernah ia kenal. Karena ada yang beda dalam fisik, sikap, karakter, bahkan keyakinan.

Perubahan-perubahan itulah menjadikan seorang mukmin senantiasa menghidupkan nasihat. Mukmin yang baik tidak cukup hanya mampu memberi nasihat. Tapi, juga siap menerima nasihat. Dari nasihat itulah, hal-hal buruk yang baru muncul dari seorang teman bisa terluruskan.

Seperti itulah firman Allah swt. dalam surah Al-‘Ashr ayat 1 sampai 3. “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.”

Mewaspadai dampak buruk seorang teman

Buruk sangka dalam pertemanan memang tidak dibenarkan Islam. Tapi, ketika ada fakta-fakta yang menyatakan tidak bagusnya seorang teman, dan nasihat sudah tidak lagi ampuh, kewaspadaan mungkin jadi jalan terakhir. Karena tidak tertutup kemungkinan, keburukan bisa menular. Paling tidak, agar tidak kecipratan air busuk temannya.

Rasulullah saw. bersabda, “Kawan pendamping yang saleh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya.” (HR. Bukhari)

Mewaspadai tidak berarti memutus pertemanan buat selamanya. Apalagi menyebar hawa permusuhan dan kebencian. Karena boleh jadi, sifat buruk bisa berubah baik. Sebagaimana, baik menjadi buruk. Kontribusi sebagai seorang teman mesti terus mengalir. Paling tidak, dalam bentuk doa.

Berhati-hati mencintai seseorang

Cinta tidak melulu antara laki dan wanita. Ada cinta lain yang berwarna persaudaraan dan pertemanan. Karena ikatan suku, profesi, sekelompok orang bisa saling mencintai. Begitu pun dalam ikatan persaudaraan Islam. Rasulullah saw. mengatakan, “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

Umumnya, cinta punya rumus: saling kenal, saling paham, saling cinta, dan saling berkorban. Tapi, ada cinta yang datang tiba-tiba. Mungkin karena ada sesuatu yang menarik dari penampilan fisik, cinta langsung berbunga. Atau, karena ada seseorang yang begitu murah hati dan dermawan, cinta bisa langsung tumbuh pesat. Ada utang budi yang berinti cinta. Kalau sudah begitu, pengorbanan menjadi sesuatu yang amat ringan.

Kalau orang yang cepat dicintai itu memang layak dicintai, simpati dan pengorbanan tentu akan berbuah kebaikan. Tapi, bagaimana jika yang tiba-tiba dicintai itu punya maksud tidak baik. Karena kelihaian, atau karena sudah jadi profesi, cinta bisa dimanipulasi menjadi alat efektif melakukan penipuan.

Karena itu, Rasulullah saw. mewanti-wanti dalam mencintai seseorang. Cinta bisa menghilangkan daya kritis dan rasionalitas seseorang. Beliau saw. besabda, “Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Berteman dan bersaudara memang menjadi sebuah kenikmatan tersendiri buat seorang mukmin. Pertemanan seperti itu tidak hanya bermanfaat di dunia, tapi juga di akhirat. Begitulah sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku.” (HR. Muslim)

Cinta Karena Allah

Iman adalah sesuatu yang hidup dan dinamis. Iman yang benar, keyakinan yang kuat akan mengantarkan pemiliknya merasakan halawatul iman -kelezatan dan manisnya iman-. Rasulullah saw. telah berjanji kepada siapa saja yang mampu melaksanakan tiga perkara, ia pasti akan mereguk lezatnya iman. Rasulullah saw. bersabda: .

Dari Anas bin Malik ra berkata: Nabi Muhammad saw bersabda: “Seseorang tidak akan pernah mendapatkan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah; sehingga ia dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya; dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.” Imam Al Bukhari.

Penjelasan:

Mencintai karena Allah, tidak bercampur aduk dengan riya dan nafsu.

Seseorang tidak akan mendapatkan manisnya iman. Iman diserupakan dengan madu, karena keduanya memiliki kesamaan; Manis. Iman yang benar dalam hati akan mewujudkan rasa manis layaknya madu.

Sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari pada selainnya.
Mencintai Allah adalah dengan mentaati-Nya, sedangkan mencintai Rasulullah adalah dengan mengikutinya.

Cinta alami tidak masuk dalam bab ikhtiar (pilihan), maka yang dimaksudkan adalah cinta ‘aqli (logis) yaitu mendahulukan apa yang dikehendaki akal, dan yang menjadi pilihannya, meskipun bertentangan dengan hawa nafsu. Seperti orang sakit yang minum obat, ia mengambil dengan pilihannya, karena mengharapkan kesembuhan.

Penggunaan dhamir (kata ganti) pada kalimat سواهما selain keduanya, menunjukkan satu kesatuan.

Karena pernah ada seorang khatib (penceramah) yang mentatsniyahkan dhamir dalam ucapannya:

“Dan barang siapa yang mendurhakai keduanya maka ia telah tersesat.” Seketika Rasulullah saw. menyuruhnya untuk menggunakan dhamir mufrad yaitu dengan mengucapkan:

Barang siapa yang mendurhakai Allah maka ia tersesat. Dipisah,
Dan barang siapa yang mendurhakai Rasulullah maka ia tersesat.”

Penggabungan di sini menunjukkan bahwa yang diperhitungkan adalah kumpulan dua cinta. Berbeda dengan ungkapan khatib tadi, masing-masing maksiat berdiri sendiri.

Dari hadits ini dapat diambil pelajaran:

1. Mencintai seseorang karena mencari ridha Allah, bukan cinta hafa nafsu dan melanggar syariat. Seperti cinta seseorang dalam ikut serta berjihad di jalan Allah, tidak untuk tujuan duniawi. Seperti cinta seseorang untuk beramal dan berjuang dalam organisasi. Dilakukan hanya untuk mencari keridhoan Allah swt
2. Memilih dilemparkan ke dalam api daripada kembali menjadi kafir. Orang yang telah sempurna imannya tidak akan ada yang bisa merubahnya menjadi kafir lagi. Ia tidak mengingkari ajaran agama yang telah diyakini seperti shalat yang telah Allah wajibkan, tidak menghalalkan apa yang telah Allah haramkan, seperti khamr, atau mengharamkan yang halal.
3. Mendahulukan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya mengalahkan selainnya. Orang yang sempurna imannya kepada Allah dan Rasul-Nya lebih kuat baginya daripada hak ayahnya, ibunya, anaknya, isterinya dan semua manusia. Karena mendapatkan petunjuk dari kesesatan, terbebaskan dari neraka hanya bisa karena Allah lewat seruan Rasul-Nya. Dan di antara ciri hal ini adalah membela Islam dengan ucapan dan perbuatan, mengamalkan syariat Islam, mengikuti sunnah dan berakhlak dengan akhlak Rasulullah saw. Allahu a’lam
READ MORE - BOLEH CINTA, JANGAN CINTA BUTA

kehidupan islami dalam sehari hari

1.Apakah anda selalu shalat subuh berjamaah di masjid setiap sehari ?
2.Apakah anda selalu menjaga shalat yang lima waktu di masjid ?
3.Apakah anda hari ini membaca Al-Qur’an ?
4.Apakah anda rutin membaca dzikir setelah selesai melaksanakan shalat wajib ?
5.Akakah anda selalu menjaga shalat sunnah rawatib sebelum atau sesudah shalat wajib ?
6.Apakah anda hari ini khusyu dalam shalat, menghayati apa yang anda baca ?
7.Apakah anda (hari ini) mengingat mati dan kubur ?
8.Apakah anda (hari ini) mengingat hari kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya ?
9.Apakah anda telah memohon kepada Allah sebanyak tiga kali agar memasukkan anda ke dalam sorga? Sesungguhnya barangsiapa yang memohon demikian, sorga berkata; “Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam sorga”.
10.Apakah anda telah meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali? Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata; ”Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka".(Berdasarkan hadits Rasulallah Shallallahu Alaihi Wasallam yang artinya, "Barangsiapa yang memohon sorga kepada Allah sebanyak tiga kali, sorga berkata; “wahai Allah masukkanlah ia ke dalam sorga.” Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata; “wahai Allah selamatkan ia dari api neraka” HR Tirmidzi dishahihkan oleh syaikh Al Albani dalam shahih Al Jami’ no. 911.
11.Apakah anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ?
12.Apakah anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik ?
13.Apakah anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau ?
14.Apakah anda hari ini menangis karena takut kepada Allah ?
15.Apakah anda selalu membaca dzikir pagi dan sore hari ?
16.Apakah anda hari ini telah memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosamu ?
17.Apakah anda telah memohon kepada Allah dengan benar untuk mati syahid ? Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, "Barangsiapa yang memohon kepada Allah dengan benar untuk mati syahid, maka Allah akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal diatas tempat tidur” H.R.Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al Hakim dan ia menshahihkannya.
18.Apakah anda telah berdoa kepada Allah agar Ia menetapkan hati anda atas agamaNya ?
19.Apakah anda telah mengambil kesempatan untuk berdoa kepada Allah di waktu-waktu yang mustajab ?
20.Apakah anda telah membeli buku-buku Islam untuk memahami agama ?
21.Apakah anda telah memintakan ampun kepada Allah untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah? karena setiap mendo’akan mereka engkau akan mendapatkan kebajikan pula.
22.Apakah anda telah memuji Allah dan bersyukur kepadaNya atas nikmat Islam?
23.Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu Wa Ta'ala nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya ?
24.Apakah anda hari ini telah besedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya ?
25.Apakah anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi dan berusaha untuk marah apabila aturan-aturan Allah dilanggar ?
26.Apakah anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri ?
27.Apakah anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah ?
28.Apakah anda telah mendakwahi keluarga, saudara-saudara, tetangga dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri anda ?
29.Apakah anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua ?
30.Apakah anda mengucapkan “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” jika mendapatkan musibah ?
31.Apakah anda hari ini mengucapkan doa ini:

اللْهمَّ إنِيّ أعُوذ بِكَ أنْ أشْركَ بِكَ وَأنَا أعْلَمُ وَأسْتَغْفِركَ لِمَا لا أعْلَم
“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepadaMu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui.”
Barangsiapa mengucapkan demikian, Allah akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. Lihat Shahih Al Jami’ no 3625.
32.Apakah anda berbuat baik kepada tetangga ?
33.Apakah anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad dan dengki ?
34.Apakah anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya ?
35.Apakah anda takut kepada adzab Allah sehingga hati-hati dalam hal penghasilan, makanan dan minuman serta pakaian ?
36.Apakah anda selalu bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya disegala waktu atas segala dosa dan kesalahan ?

Wahai saudaraku seiman...
Jawabalah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan agar engkau menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat insya Allah.

Penyusun : Syekh Abdullah bin Jarullah Al Jarullah Terjemah : Fariq Qasim 'Anuz Editor : Eko Abu Ziyad
READ MORE - kehidupan islami dalam sehari hari

Dan Aku pun Menangis ..

Dan Aku pun Menangis




Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja di perantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya….. Akan sering merasa kangen sekali dengan Uminya.

Lalu bagaimana dengan Abah? Mungkin karena Umi lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Abah-lah yang mengingatkan Umi untuk menelponmu? Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Umi-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Umi tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil…… Abah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Abah mengganggapmu bisa, Abah akan melepaskan roda bantu di sepedamu… Kemudian Umi bilang :

“Jangan dulu Abah, jangan dilepas dulu roda bantunya”, Umi takut putri manisnya terjatuh lalu terluka…. Tapi sadarkah kamu? Bahwa Abah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Umi menatapmu iba. Tetapi Abah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”. Tahukah kamu, Abah melakukan itu karena Abah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Abah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”. Berbeda dengan Umi yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Abah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja…. Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”. Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Abah, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga.. Setelah itu kamu marah pada Abah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu… Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Umi…. Tahukah kamu, bahwa saat itu Abah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, Bahwa Abah sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Abah akan memasang wajah paling cool sedunia…. :’). Abah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Abah merasa cemburu? Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Abah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Abah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir… Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut… Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Abah akan mengeras dan Abah memarahimu…

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Abah akan segera datang?
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Abah” Setelah lulus SMA, Abah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Abah itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti… Tapi toh Abah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Abah. Ketika kamu menjadi gadis dewasa…. Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain… Abah harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Abah terasa kaku untuk memelukmu?

Abah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .. Padahal Abah ingin sekali menangis seperti Umi dan memelukmu erat-erat. Yang Abah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.

Abah melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa. Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Abah. Abah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Abah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…

Kata-kata yang keluar dari mulut Abah adalah : “Tidak…. Tidak bisa!” Padahal dalam batin Abah, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Abah belikan untukmu”. Tahukah kamu bahwa pada saat itu Abah merasa gagal membuat anaknya tersenyum? Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Abah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Abah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”. Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Abah untuk mengambilmu darinya.

Abah akan sangat berhati-hati memberikan izin.. Karena Abah tahu….. Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti. Dan akhirnya…. Saat Abah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Abah pun tersenyum bahagia…. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Abah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Abah menangis karena Abah sangat berbahagia, kemudian Abah berdoa…. Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Abah berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik…. Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik…. Bahagiakanlah ia bersama suaminya…” Setelah itu Abah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih…. Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya…. Abah telah menyelesaikan tugasnya…. Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita… Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat… Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis… Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu.

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal…



dianugraha.blogspot.com/
READ MORE - Dan Aku pun Menangis ..

MEMENUHI UNDANGAN ALLAH (tolong dibaca yaa.. ^_^)

Di antara Makkah dan Madinah ada sbuah mata air yg sejuk di padang pasir yg terik. Raja Al Hajjaj bin Yusuf yg sedang dlm perjalanan brsama para pngawalnya tiba di tempat itu utk makan siang.
"Carilah orang untuk menemaniku makan!", perintah raja kpd pngawalnya.
Para pngawal mencari org dan menemukan seorang Arab Badawi sdang tidur di bwah semak2. Orang Badawi itu diajak menghadap Raja. Ia heran, mengapa raja memanggilnya padahal ia hanya seorang Arab pegunungan yang bodoh, tidak tau apa2 dan miskin pula.
"Ayo makan bersamaku!",ajak Raja kpda org Arab Badawi itu.
"Maaf,aku tlah lebih dahulu menerima undangan sebelum aku menerima undangan Tuan", kata Arab Badawi itu.
"Siapa yang telah memanggilmu?", tanya raja.
"ALLAH. Dia telah memanggilku untuk berpuasa. Hari ini aku berpuasa untuk memenuhi undangan-Nya." jawab orng Arab Badawi itu.
"Pada musim panas yg terik begini kau tetap berpuasa?", tanya raja.
"Ya. Semua itu utk menghadapi hari yang jauh lebih panas daripada hari ini. Hari akhirat, ketika smua manusia diadili utk brtanggung jawab terhadap perbuatannya di dunia.",kata org Arab.
"Sudahlah, berbuka saja hari ini. Besok kau berpuasa lagi." bujuk raja.
"Apa Tuan bisa menjamin bahwa besok saya pasti masih hidup? Hanya Allah yang tau apa besok saya masih hidup untuk berpuasa lagi." kata si Badawi.
"Kau akan menyesal. Lihatlah, makanan selezat ini tidak kau dapatkan lagi selain sekarang.",kata raja.
Kelezatan bukanlah buatan juru masak, kelezatan diperoleh dari tubuh yang sehat. Jika kita sakit, tidak ada mknan yg lezat bagi tubuh.
Badawi itu pergi. Ia akan meneruskan tidurnya. Raja termenung. Orang Badawi yang tampak bodoh itu ternyata orang yang beriman sangat teguh. Tidak bergeming oleh iming-iming. ^_^
READ MORE - MEMENUHI UNDANGAN ALLAH (tolong dibaca yaa.. ^_^)

Ilmu, Perhiasan Tak Ternilai Bagi Muslimah

Seorang yang mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat harus memiliki pedoman dalam menapaki kehidupannya di dunia. Dan pedoman hidup seorang hamba semua telah diatur dalam syariat Islam.

Seorang yang sukses bukanlah orang yang hidup dengan bersemboyan ‘semau gue’ dengan mengikuti hawa nafsunya, tapi orang yang sukses adalah orang yang mengambil Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dengan pemahaman As Salafus Shalih sebagai pengikat aturan hidupnya. Petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ini tidak mungkin dapat diketahui tanpa menuntut ilmu syar’i. Karena itulah, Allah dan Rasul-Nya memerintahkan setiap Muslim dan Muslimah yang baligh dan berakal (mukallaf) untuk menuntut ilmu.

Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan. Lihat kitab Jami’ Bayan Al ‘Ilmi wa Fadllihi karya Ibnu ‘Abdil Bar, tahqiq Abi Al Asybal Az Zuhri, yang membahas panjang lebar tentang derajat hadits ini)

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan bahwa ilmu yang wajib dituntut di sini adalah ilmu yang dapat menegakkan agama seseorang, seperti dalam perkara shalatnya, puasanya, dan semisalnya. Dan segala sesuatu yang wajib diamalkan manusia maka wajib pula mengilmuinya, seperti pokok-pokok keimanan, syariat Islam, perkara-perkara haram yang harus dijauhi, perkara muamalah, dan segala yang dapat menyempurnakan kewajibannya.

Sebagai hamba Allah, seorang Muslimah wajib mengenal Rabbnya yang meliputi pengetahuan terhadap nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana diberitakan dalam Al Qur’an dan hadits-hadits yang shahih. Selain itu, ia harus mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala bersendiri dalam Mencipta, Mengatur, Memiliki, dan Memberi Rezeki. Ia pun wajib menunaikan hak-hak Allah, yaitu beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, sebagaimana tujuan penciptaannya. Allah berfirman :
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat : 56)

Seseorang tidak akan berada di atas hakikat agamanya sebelum ia berilmu atau mengenal Allah Ta’ala. Pengenalan ini tidak akan terjadi kecuali dengan menuntut ilmu Dien (Agama Islam).

Di samping mengenal Allah, seorang Muslimah juga wajib mengenal Nabi-Nya, yaitu Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, karena beliau merupakan perantara antara Allah dengan manusia dalam penyampaian risalah-Nya. Sesuai dengan makna persaksiannya bahwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah hamba dan Rasul-Nya, maka ia wajib mentaati segala yang beliau perintahkan, membenarkan segala yang beliau khabarkan, menjauhi apa yang beliau larang dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang beliau syariatkan. Hal ini sesuai dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.” (Al Hasyr : 7)

Ayat ini merupakan kaidah umum yang agung dan jelas tentang wajibnya seluruh kaum Muslimin mengambil sunnah yang telah tetap dan hadits-hadits shahih dalam aqidah, ibadah, muamalah, adab, akhlak, seluruhnya. Hal ini tidak akan diketahui kecuali dengan menuntut ilmu terlebih dahulu.
Selain mengenal Allah dan Rasul-Nya, seorang Muslimah juga wajib mengenal agama Islam sebagai agama yang dianutnya, dengan memperhatikan dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shahihah, sehingga ia memiliki pendirian kokoh, tidak mudah terombang-ambing. Dan agar ia berada di atas cahaya, bukti, dan kejelasan dari agamanya.

Inilah masalah pertama yang disebutkan oleh Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam bukunya Al Ushuluts Tsalatsah, yaitu berilmu sebelum beramal dan berdakwah.

Seorang Muslimah juga wajib membekali dirinya dengan ilmu sebelum memasuki jenjang pernikahan, sehingga ia dapat menunaikan kewajibannya sesuai dengan tuntunan syariat.
Sebagai isteri, seorang Muslimah dituntut agar menjadi isteri yang shalihah, sehingga ia dapat menjadi perhiasan dunia yang paling baik, bukan justru menjadi fitnah atau musuh bagi suaminya. Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang sifat-sifat wanita shalihah :
“… maka wanita shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara mereka.” (An Nisa’ : 34)

Maksud ayat ini diterangkan oleh Asy Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi dan Asy Syaikh Salim Al Hilali rahimahumullah bahwa wanita yang shalihah adalah yang menunaikan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mentaati-Nya, mentaati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dan menunaikan hak-hak suaminya dengan mentaatinya dan menghormatinya, serta menjaga harta suami, anak-anak mereka, dan kehormatannya tatkala suaminya tidak ada.
Untuk menjadi wanita shalihah yang seperti ini, seorang Muslimah membutuhkan ilmu.

Sebagai seorang ibu, ia mempunyai tanggung jawab mendidik anak-anaknya agar menjadi anak- anak yang shalih dan shalihah. Di bawah kepemimpinan suami, isteri adalah penjaga rumah tangga suami dan anak-anaknya, sebagaimana dalam hadits dari Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bahwasanya beliau bersabda :
“Laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, wanita adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, maka setiap kalian adalah pemimpin, akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Hasil didikan seorang ibu terhadap anak-anaknya inilah yang termasuk perkara yang akan ditanyakan oleh Allah kelak di hari kiamat. Karena itulah Muslimah harus menuntut ilmu syar’i sebagai bekal mendidik anak-anak sehingga fitrah mereka tetap terjaga dan menjadi penyejuk hati karena keshalihan mereka.

Di tempat lain, bila seorang Muslimah belum menikah, maka sebagai anak ia wajib taat pada orang tuanya selama tidak memerintahkan kepada maksiat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya… .” (Al Ankabut : 8)

Dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiallahu ‘anhuma dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda :
“Dosa-dosa besar ialah menyekutukan Allah, durhaka pada orang tua, membunuh jiwa (tanpa hak), dan sumpah palsu.” (HR. Bukhari)

Untuk dapat berbuat baik dan menunaikan hak-hak orang tua dengan benar, seorang Muslimah tidak bisa lepas dari ilmu.
Seluruh kewajiban ini harus dapat ditunaikan dengan dasar ilmu. Karena jika tidak, akan terjadi berbagai kesalahan dan kerusakan. Maka tidak heran, bila para Muslimah yang bodoh terhadap agamanya melakukan berbagai praktek kesyirikan dan kebid’ahan.

Akibat kebodohannya pula, banyak Muslimah yang durhaka pada suami atau orang tuanya. Atau terjadi berbagai kesalahan dalam mendidik anak sehingga muncullah generasi yang berakhlak buruk, bahkan bisa jadi durhaka pada orang tua yang telah merawat dan membesarkannya. Karena kebodohannya pula, banyak Muslimah yang tidak mengetahui bagaimana ia harus menjaga kehormatannya, sehingga ia menjadi fitnah dan terjerumus dalam perzinahan dan berbagai kemaksiatan. Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari yang demikian itu.

Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Aku berdiri di muka pintu Syurga, maka aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah orang- orang miskin, sedang orang-orang kaya masih tertahan oleh perhitungan kekayaannya. Dan ahli neraka telah diperintahkan masuk neraka. Dan ketika aku berdiri di dekat pintu neraka, maka aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah para wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hanya dengan menuntut ilmu, seorang Muslimah akan mengetahui jalan yang selamat. Kaum Muslimah masa kini akan menjadi baik bila mereka mau mencontoh para Muslimah generasi terdahulu (generasi salafuna shalih), mereka sangat memperhatikan dan bersemangat dalam menuntut ilmu.

Dalam sebuah hadits dari Abi Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu, ia berkata : “Seorang wanita mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan berkata :
‘Wahai Rasulullah! Kaum lelaki telah membawa haditsmu, maka jadikanlah bagi kami satu harimu yang kami datang pada hari tersebut agar engkau mengajarkan pada kami apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.’ Maka beliau bersabda : ‘Berkumpullah pada hari ini dan ini di tempat ini.’ Maka mereka pun berkumpul, lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mendatangi mereka dan mengajarkan apa yang telah diajarkan Allah kepada beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun sangat bersemangat mengajar para shahabiyah, sampai-sampai beliau menyuruh wanita yang haid, baligh, dan merdeka untuk menyaksikan kumpulan ilmu dan kebaikan. Bahkan beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memutuskan udzur wanita yang tidak memiliki hijab, sebagaimana yang disebutkan dalam Shahihain dari Ummu ‘Athiyah Al Anshariyah radhiallahu ‘anha, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyuruh kami mengeluarkan wanita yang merdeka, yang haid, dan yang dipingit untuk keluar pada hari Iedul Fithri dan Adha. Adapun yang haid memisahkan diri dari tempat shalat, dan mereka pun menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslimin. Aku berkata : ‘Wahai Rasulullah! Salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab.’ Beliau bersabda : ’Hendaklah saudaranya meminjamkan jilbabnya.’”

Oleh karena itulah, kita dapatkan dalam sejarah Islam, di antara mereka ada yang menjadi ahli fiqih, ahli tafsir, sastrawati, dan ahli dalam seluruh bidang ilmu dan bahasa. Sebagai contoh, Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiallahu ‘anha yang dididik dalam madrasah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sehingga beliau menjadi wanita yang berilmu dan shalihah.

Imam Az Zuhri rahimahullah berkata : ”Seandainya ilmu ‘Aisyah dikumpulkan dan dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, maka ilmu ‘Aisyah lebih afdhal.”

Bahkan ‘Aisyah merupakan guru dari beberapa shahabat, ia menjadi bahan rujukan mereka dalam masalah hadits, sunnah, dan fiqih. Urwah bin Az Zubair berkata : “Aku tidak melihat orang yang lebih mengetahui ilmu fiqih, pengobatan, dan syi’ir ketimbang ‘Aisyah.”

Para wanita dari kalangan tabi’in juga berdatangan ke rumah ‘Aisyah untuk belajar, di antara muridnya adalah Amrah bintu ‘Abdurrahman bin Sa’ad bin Zurarah. Ibnu Hibban berkata : “Dia adalah orang yang paling mengetahui hadits-haditsnya ‘Aisyah.”

Di antara deretan nama wanita generasi terdahulu yang cemerlang dalam ilmu adalah Hafshah bintu Sirin yang masyhur dengan ibadahnya, kefaqihannya, bacaan Al Qur’annya, dan hadits- haditsnya. Begitu pula Ummu Darda Ash Shuqra Hujaimah, ia seorang yang faqih, ’alimah, banyak meriwayatkan hadits, cerdas, masyhur dengan keilmuan, amalan, dan zuhudnya.

Demikianlah –wahai saudariku Muslimah– mereka adalah contoh terbaik bagi kita dan telah terbukti bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengangkat derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana firman-Nya :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Mujadilah : 11)

Semoga Allah memudahkan jalan bagi kita untuk menuntut ilmu dan memberikan ilmu yang bermanfaat. Amin. Wallahu A’lam Bis Shawab.

Maraji’ :
1. Al Qur’anul Karim
2. Inayatun Nisa’ bil Hadits An Nabawi. Abu ‘Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman.
3. Nisa’ Haula Ar Rasul. Mahmud Mahdi Al Istambuli dan Musthafa Abu Nashr Asy Syalbi.
4. Riyadlus Shalihin. Imam Nawawi.
5. Bahjatun Nadhirin. Salim bin ‘Ied Al Hilali.
6. Aisarut Tafasir. Abu Bakar Jabir Al Jazairi.
7. Hasyiyah Ats Tsalatsah Al Ushul. Muhammad bin Abdul Wahhab.
(Ummu Abdillah bintu Mursyid/ Darussunnah)
www.hatibening.com
READ MORE - Ilmu, Perhiasan Tak Ternilai Bagi Muslimah

Hikmah Kesucian Nasab Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam

Oleh: Abdullah Saleh Hadrami

Nasab Garis Keturunan Rasulullah ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam

Beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab.

Dari kakek Beliau ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam yang kelima yaitu Kilab bersambung sampai kakek yang keduapuluh yaitu ?Adnan dan ?Adnan adalah keturunan Nabi Ismail putera Nabi Ibrahim ??Alaihis Salam.

Ibu Beliau adalah Aminah binti Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Jadi ayah dan ibu Beliau berasal dari nasab yang satu yaitu keduanya bertemu pada kakek yang kelima yaitu Kilab.

Kesucian Nasab Beliau ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam

Allah Ta?ala berkehendak agar Nabi ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam menjadi orang yang paling mulia, terhormat dan tinggi nasabnya diantara kaum dan bangsanya.

Dari Watsilah bin Al-Atsqa? ?Radhiallahu ?Anhu bahwasanya Nabi ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: ?Sesungguhnya Allah Ta?ala memilih Ismail ??Alaihis Salam diantara putera Ibrahim ??Alaihis Salam, dan memilih Kinanah diantara anak cucu Ismail ??Alaihis Salam, dan memilih suku Quraisy diantara keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari Quraisy, serta memilihku dari Bani Hasyim?. (HR. Muslim).

Abu Sufyan ketika masih kafir tidak bisa mengingkari ketinggian nasab Beliau ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam padahal Abu Sufyan sangat memusuhi Beliau ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam , yaitu ketika Heraklius bertanya kepada Abu Sufyan tentang nasab Rasulullah ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam, dia menjawab: ?Dia (Rasulullah ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam ) bernasab baik diantara kami? (HR. Bukhari).

Pelajaran dan Suri Tauladan :

- Seseorang apabila berasal dari keturunan yang terhormat dan mulia maka akan di dengar oleh orang lain seruannya, karena kebiasaan manusia adalah meremehkan seseorang yang berasal dari lingkungan atau nasab yang kurang baik.

- Memang benar bahwa Islam tidak menjadikan nasab sebagai ukuran tanpa di sertai amal perbuatan, akan tetapi seseorang yang mempunyai nasab mulia dan amal perbuatan yang terpuji tentu mendapatkan nilai lebih dan kedudukan terhormat serta lebih dekat dengan kesuksesan dari yang lain.

- Allah Ta?ala berkehendak dengan hikmahNya agar Rasulullah Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam menjadi orang yang terhormat dan mulia nasabnya sehingga tidak memungkinkan musuh-musuh Islam untuk menuduh Beliau sebagai orang yang mencari kedudukan dan ingin merubah status sosialnya.

www.hatibening.com
READ MORE - Hikmah Kesucian Nasab Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam

KANKER LEHER RAHIM (Dunia akhwat )

Abad millenium merupakan abad tehnologi dan informasi. Media informasi yang canggih menyebabkan begitu mudahnya berkomunikasi. Bagaikan air mengalir, pergaulan bebas tak terelakkan. Dunia kesehatan pun terkena imbasnya. Penyakit baru bermunculan karena dampak pergaulan bebas dan ketidakpedulian manusia terhadap norma agama.

Kanker merupakan penyakit yang telah merebak dalam akhir abad millenium ini. Penyakit ini bisa menyerang di seluruh organ tubuh manusia, tidak pandang bulu pria maupun wanita. Masing-masing penyakit kanker ini mempunyai nama tersendiri sesuai jenis kelamin serta organ tubuh yang ditempatinya. Ada kanker payudara, kanker prostat, kanker otak, kanker rahim, kanker vagina, dan masih banyak jenis kanker lainnya. Mari kita kaji berikut ini bagaimana kanker leher rahim yang merupakan salah satu jenis kanker itu menyerang seorang wanita.

DEFINISI KANKER
Sebelum kita mengetahui apa itu kanker, terlebih dahulu harus kita ketahui istilah tumor. Tumor merupakan suatu benjolan atau pertumbuhan massa jaringan (istilah umum menyebutnya daging tumbuh) secara tidak wajar di organ tubuh manusia. Sedangkan kanker (carcinoma, cancer), yaitu suatu tumor dengan sifat keganasan. Artinya, sel-sel tumor tersebut bisa menyebar ke organ tubuh lainnya selain organ tubuh yang pertama diserangnya. Sifat keganasan ini juga berhubungan dengan harapan hidup seseorang tersebut. Dengan kata lain, sel-sel tumor sudah menggrogoti bagian-bagian tubuh manusia sehingga sulit untuk disembuhkan secara medis dan kematian pun biasa menanti penderita kanker (wallahu a’lam). Istilah kanker biasa disebut juga dengan tumor ganas.

LEHER RAHIM SERING TERKENA KANKER
Sebenarnya kanker bisa menyerang di bagian manapun dari tubuh manusia. Semau dia hinggap dan cocok untuk menyerang manusia. Tentunya hal ini atas kehendak sang penguasa Allah, Rabb pencipta manusia itu sendiri. Tak terkecuali di rahim seorang wanita. Jenis kanker di organ reproduksi kaum hawa ini ada beberapa macam tergantung lokasi yang disenangi sel-sel kanker tersebut. Rahim, menurut bentuknya ada beberapa bagian, di antaranya badan rahim (corpus uteri) dengan rongga di dalamnya yang biasa untuk tempat kehidupan dan perkembangan janin setelah terjadi pembuahan, saluran penghubung dari rahim ke indung telur (tuba fallopi), dan kemudian leher rahim (serviks) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang vagina.

Kanker bisa bersarang di bagian-bagian rahim tersebut. Kanker leher rahim atau sering disebut dengan kanker serviks, merupakan bentuk keganasan yang terjadi di daerah leher rahim. Kanker inilah yang sering ditemukan di antara tumor ganas lainnya di bagian alat reproduksi wanita.

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN
Penyakit kanker serviks pada awal permulaan adalah sebagai proses displasia sel di daerah leher rahim. Displasia yaitu suatu perkembangan sel atau jaringan yang tidak normal. Perkembangan yang berlangsung dari displasia ringan ke displasia berat kemudian menjadi prakanker memakan waktu bertahun-tahun, sebagian mengalami perubahan cepat, sebagian displasia menghilang tanpa pengobatan. Waktu rata-rata yang diperlukan sejak awal untuk mengalami displasia kemudian berkembang menjadi kanker yang bersifat invasi (sel-sel tumor menembus membran dinding leher rahim sampai menyerang lokasi dibawahnya) adalah 10-20 tahun, ada yang menyatakan 3-20 tahun dengan rata-rata 7 tahun.

Ada beberapa stadium kanker di lokasi serviks ini. Hal tersebut tergantung dari tingkat perkembangan dan pertumbuhan serta penyebaran atau invasi tumor ganas ke lokasi di sekitarnya maupun ke pembuluh getah bening serta pembuluh darah.

Secara garis besar ada 4 tingkat klinis perkembangannya. Pertama hanya terbatas pada leher rahim, biasanya besar tumor belum melebihi 1-3 mm. Tingkat kedua proses sudah menjalar ke 2/3 bagian atas vagina. Tingkat ketiga, proses invasi sudah berlanjut ke 1/3 bawah vagina. Tingkat terakhir/keempat sel-sel tumor telah mencapai ke organ dubur dan kandung kencing serta telah terjadi penyebaran (metastase) lebih jauh ke luar panggul misalnya ke kelenjar getah bening (limfa) di daerah leher maupun di paru-paru.

Sebelum adanya tingkat pertama, sebenarnya sudah terdapat kelainan awal untuk mengarah kepada perkembangan tumor ganas, yaitu pada stadium 0 yang biasa disebut carcinaoma in situ atau tahap prakanker.

GEJALA YANG TIMBUL
Pada saat kelainan paling awal (prakanker) sering tak menimbulkan gejala. Pertumbuhan tumor belum tampak, tetapi hanya mirip dengan peradangan atau iritasi biasa atau kemerahan sehingga sangat sulit dibedakan dengan suatu pertumbuhan kanker. Bila tumor telah berkembang akan menghasilkan suatu massa atau benjolan di luar seperti bunga kol. Massa tumor ini mudah berdarah.

Akan tetapi gejala-gejala lain bisa dicurigai ke arah kanker leher rahim, yaitu keputihan yang bersifat encer serta tidak gatal, cairan yang keluar dari vagina ini lama-lama akan berbau busuk menyengat akibat infeksi pada massa tumor yang berkembang. Selain itu, perdarahan setelah bersenggama dapat pula terjadi akibat terbukanya pembuluh darah di massa tumor, dan lama-kelamaan bisa terjadi di luar senggama. Gejala lainnya adanya menstruasi kembali setelah masa menopause, terkadang juga perdarahan di luar siklus haid.

Biasanya gejala keputihan maupun perdarahan baru muncul setelah kanker berkembang pada tingkat II-III. Untuk mengetahui gejala awal (tingkat 0-I) memang sulit sekali, karena dengan mata telanjang tidak bisa dilihat. Bisa diketahui hanya berdasarkan atas hasil laboratorium di bawah mrikoskop dari usapan di lokasi serviks.

Anemia (kekurangan darah) sering ditemukan sebagai akibat perdarahan dari vagina maupun akibat penyakit kanker itu sendiri.

DET EKSI AWAL MENGETAHUI KANKER LEHER RAHIM
Deteksi dini terhadap kanker serviks bertujuan untuk mengetahui kondisi sel di leher rahim pada tahap prakanker, apakah sel-sel di leher rahim tersebut normal atau mengalami displasia. Hal ini bisa dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan pap smear.

Pap smear di kenal di dunia internasional pada permulaan 1950-an. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengusap daerah leher rahim melalui alat, kemudian dipindahkan ke suatu tempat khusus untuk dilihat di bawah mikroskop. Wanita yang masih gadis atau perawan tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear ini. Namun untuk wanita pasca menikah sampai umur 40 tahun dianjurkan pemeriksaan berkala setiap tahun, dan di atas 40 tahun dilakukan 2 kali dalam satu tahun.

FAKTOR PENCETUS TIMBULNYA KANKER
Ada beberapa pendapat sebagai pencetus timbulnya kanker leher rahim, karena memang penyebab pasti belum ada. Di antaranya adalah infeksi dan juga rangsangan terus-menerus pada leher rahim, misalnya karena coitus (hubungan seksual) dengan frekwensi tinggi dari si wanita, pergantian partner pada kegiatan sex dari pihak wanita, serta kecenderungan beberapa kali menikah. Pasangan dari laki-laki juga turut memberikan peranan untuk mencetuskan kanker ini, yaitu tidak dikhitan (circumsisi) dari buah zakarnya.

Penelitian menunjukkan bahwa kanker leher rahim ini juga berkaitan dengan penyakit menular seksual dengan agen penyebaran adalah virus human papilloma. Ada juga yang menyatakan virus herpes tipe 2 sebagai biang keladinya, atau peradangan yang disebabkan parasit trichomonas vaginalis.

Faktor risiko lainnya yaitu hubungan seksual (awal aktivitas sex) maupun menikah sebelum usia 17 tahun. Benda-benda yang sering merangsang serviks, sering juga turut sebagai pemicu munculnya kanker ganas di leher rahim. Ada kecurigaan juga, bahwa susu yang dikonsumsi secara berlebihan akan meningkatkan risiko penyakit di serviks, terutama kanker serviks karena terjadi ketidakseimbangan hormon.

MENCEGAH LEBIH AWAL DENGAN MENJAGA AGAMA
Penyebab pasti kanker serviks dengan sifat ganasnya dan bisa menyebabkan kematian tersebut memang belum ditemukan. Namun dari uraian pencetus timbulnya kanker ini, kemungkinan yang paling mendekati adalah berganti-ganti pasangan dalam aktivitas sex dari para kaum hawa. Kondisi pergantian partner ini jelas biasa terjadi pada wanita-wanita PSK (Pekerja Sex Komersil) atau wanita tuna susila. Sudah pasti mereka juga mudah terpapar infeksi atau penyakit menular seksual yang cenderung sebagai pemicu penyakit ini. Kemudian yang paling mendekati lagi adalah mereka yang melakukan sanggama tanpa ikatan sah secara agama.

Dua kondisi di atas, selain mereka melakukan perzinahan, mereka tidak mengenal atau meninggalkan mandi janabah sebagai syariat wajib setelah melakukan hubungan suami istri yang sah. Syariat ini dilakukan dalam rangka ketaqwaan dan keimanan seorang hamba terhadap Rabb pencipta manusia. Selain itu hikmah dengan adanya mandi janabah ini, sudah tentu kebersihan dan kesucian tubuh tetap terjaga dan terpelihara.

Pernyataan bahwa risiko terjadinya kanker leher rahim ini karena aktivitas sexual maupun mereka yang menikah di bawah usia 17 tahun, tentunya pernyataan yang kedua ini tidak kita ikuti sebagai seorang muslim. Namun kita kembalikan asumsi ini, bahwa kemungkinan adalah aktivitas sex mereka di bawah umur 17 tahun tanpa diikat dengan suatu pernikahan resmi secara agama.

Aisyah radhiyallahu’anhuma istri Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menikah masih dalam usia dini, dan tentunya umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagian telah dan akan mengikutinya.

Demikian pula kita sebagai muslim dengan aqidah yang benar akan menolak pendapat yang menyatakan bahwa penyakit ini akibat seringnya melahirkan dengan konsekwensi jumlah anak banyak, karena agama Islam melarang membatasi jumlah kelahiran kecuali ada udzur tertentu. Selain itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyukai umat Islam ini tidak sedikit pada hari Kiamat nanti.

PENUTUP
Kanker ganas di leher rahim kebanyakan menyerang para wanita yang cenderung tidak menjaga kesucian agamanya. Namun demikian, wanita baik-baik pun bisa saja terkena apabila terdapat imbas penyakit kelamin dari suami yang pernah kontak dengan para pekerja sek komersial. Juga tanpa ada latar belakang perbuatan maksiat, tidak menutup kemungkinan mereka kaum wanita bisa terserang kanker ganas ini, karena memang risiko terjadinya penyakit kanker leher rahim ini beragam.

Sudah tentu penyakit yang menimpa seseorang adalah takdir dan kehendak Allah. Musibah penyakit mempunyai manfaat terhadap manusia itu sendiri, di antaranya sebagai pelebur dosa seseorang, cobaan terhadap hamba-hambaNya, ujian kesabaran serta keimanan kepadaNya, mengembalikan para hamda kepada Rabb-nya dan mengingat kelalaiannya, serta masih banyak lagi faidah yang bisa diperoleh manusia.

Berbahagialah sebagai wanita dan istri shalihah mentaati Allah dan RasulNya, dan mampu menjaga agamanya. Sudah pasti Allah akan selalu menjaganya.

اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ اِحْفَظِ اللهَ َتَجِدُهُ تُجَا هَكَ

"Jagalah (agama) Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu dapati Dia di hadapanmu". [HR Tirmidzi, hadist hasan shahih].


Abad millenium merupakan abad tehnologi dan informasi. Media informasi yang canggih menyebabkan begitu mudahnya berkomunikasi. Bagaikan air mengalir, pergaulan bebas tak terelakkan. Dunia kesehatan pun terkena imbasnya. Penyakit baru bermunculan karena dampak pergaulan bebas dan ketidakpedulian manusia terhadap norma agama.

Kanker merupakan penyakit yang telah merebak dalam akhir abad millenium ini. Penyakit ini bisa menyerang di seluruh organ tubuh manusia, tidak pandang bulu pria maupun wanita. Masing-masing penyakit kanker ini mempunyai nama tersendiri sesuai jenis kelamin serta organ tubuh yang ditempatinya. Ada kanker payudara, kanker prostat, kanker otak, kanker rahim, kanker vagina, dan masih banyak jenis kanker lainnya. Mari kita kaji berikut ini bagaimana kanker leher rahim yang merupakan salah satu jenis kanker itu menyerang seorang wanita.

DEFINISI KANKER
Sebelum kita mengetahui apa itu kanker, terlebih dahulu harus kita ketahui istilah tumor. Tumor merupakan suatu benjolan atau pertumbuhan massa jaringan (istilah umum menyebutnya daging tumbuh) secara tidak wajar di organ tubuh manusia. Sedangkan kanker (carcinoma, cancer), yaitu suatu tumor dengan sifat keganasan. Artinya, sel-sel tumor tersebut bisa menyebar ke organ tubuh lainnya selain organ tubuh yang pertama diserangnya. Sifat keganasan ini juga berhubungan dengan harapan hidup seseorang tersebut. Dengan kata lain, sel-sel tumor sudah menggrogoti bagian-bagian tubuh manusia sehingga sulit untuk disembuhkan secara medis dan kematian pun biasa menanti penderita kanker (wallahu a’lam). Istilah kanker biasa disebut juga dengan tumor ganas.

LEHER RAHIM SERING TERKENA KANKER
Sebenarnya kanker bisa menyerang di bagian manapun dari tubuh manusia. Semau dia hinggap dan cocok untuk menyerang manusia. Tentunya hal ini atas kehendak sang penguasa Allah, Rabb pencipta manusia itu sendiri. Tak terkecuali di rahim seorang wanita. Jenis kanker di organ reproduksi kaum hawa ini ada beberapa macam tergantung lokasi yang disenangi sel-sel kanker tersebut. Rahim, menurut bentuknya ada beberapa bagian, di antaranya badan rahim (corpus uteri) dengan rongga di dalamnya yang biasa untuk tempat kehidupan dan perkembangan janin setelah terjadi pembuahan, saluran penghubung dari rahim ke indung telur (tuba fallopi), dan kemudian leher rahim (serviks) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang vagina.

Kanker bisa bersarang di bagian-bagian rahim tersebut. Kanker leher rahim atau sering disebut dengan kanker serviks, merupakan bentuk keganasan yang terjadi di daerah leher rahim. Kanker inilah yang sering ditemukan di antara tumor ganas lainnya di bagian alat reproduksi wanita.

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN
Penyakit kanker serviks pada awal permulaan adalah sebagai proses displasia sel di daerah leher rahim. Displasia yaitu suatu perkembangan sel atau jaringan yang tidak normal. Perkembangan yang berlangsung dari displasia ringan ke displasia berat kemudian menjadi prakanker memakan waktu bertahun-tahun, sebagian mengalami perubahan cepat, sebagian displasia menghilang tanpa pengobatan. Waktu rata-rata yang diperlukan sejak awal untuk mengalami displasia kemudian berkembang menjadi kanker yang bersifat invasi (sel-sel tumor menembus membran dinding leher rahim sampai menyerang lokasi dibawahnya) adalah 10-20 tahun, ada yang menyatakan 3-20 tahun dengan rata-rata 7 tahun.

Ada beberapa stadium kanker di lokasi serviks ini. Hal tersebut tergantung dari tingkat perkembangan dan pertumbuhan serta penyebaran atau invasi tumor ganas ke lokasi di sekitarnya maupun ke pembuluh getah bening serta pembuluh darah.

Secara garis besar ada 4 tingkat klinis perkembangannya. Pertama hanya terbatas pada leher rahim, biasanya besar tumor belum melebihi 1-3 mm. Tingkat kedua proses sudah menjalar ke 2/3 bagian atas vagina. Tingkat ketiga, proses invasi sudah berlanjut ke 1/3 bawah vagina. Tingkat terakhir/keempat sel-sel tumor telah mencapai ke organ dubur dan kandung kencing serta telah terjadi penyebaran (metastase) lebih jauh ke luar panggul misalnya ke kelenjar getah bening (limfa) di daerah leher maupun di paru-paru.

Sebelum adanya tingkat pertama, sebenarnya sudah terdapat kelainan awal untuk mengarah kepada perkembangan tumor ganas, yaitu pada stadium 0 yang biasa disebut carcinaoma in situ atau tahap prakanker.

GEJALA YANG TIMBUL
Pada saat kelainan paling awal (prakanker) sering tak menimbulkan gejala. Pertumbuhan tumor belum tampak, tetapi hanya mirip dengan peradangan atau iritasi biasa atau kemerahan sehingga sangat sulit dibedakan dengan suatu pertumbuhan kanker. Bila tumor telah berkembang akan menghasilkan suatu massa atau benjolan di luar seperti bunga kol. Massa tumor ini mudah berdarah.

Akan tetapi gejala-gejala lain bisa dicurigai ke arah kanker leher rahim, yaitu keputihan yang bersifat encer serta tidak gatal, cairan yang keluar dari vagina ini lama-lama akan berbau busuk menyengat akibat infeksi pada massa tumor yang berkembang. Selain itu, perdarahan setelah bersenggama dapat pula terjadi akibat terbukanya pembuluh darah di massa tumor, dan lama-kelamaan bisa terjadi di luar senggama. Gejala lainnya adanya menstruasi kembali setelah masa menopause, terkadang juga perdarahan di luar siklus haid.

Biasanya gejala keputihan maupun perdarahan baru muncul setelah kanker berkembang pada tingkat II-III. Untuk mengetahui gejala awal (tingkat 0-I) memang sulit sekali, karena dengan mata telanjang tidak bisa dilihat. Bisa diketahui hanya berdasarkan atas hasil laboratorium di bawah mrikoskop dari usapan di lokasi serviks.

Anemia (kekurangan darah) sering ditemukan sebagai akibat perdarahan dari vagina maupun akibat penyakit kanker itu sendiri.

DET EKSI AWAL MENGETAHUI KANKER LEHER RAHIM
Deteksi dini terhadap kanker serviks bertujuan untuk mengetahui kondisi sel di leher rahim pada tahap prakanker, apakah sel-sel di leher rahim tersebut normal atau mengalami displasia. Hal ini bisa dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan pap smear.

Pap smear di kenal di dunia internasional pada permulaan 1950-an. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengusap daerah leher rahim melalui alat, kemudian dipindahkan ke suatu tempat khusus untuk dilihat di bawah mikroskop. Wanita yang masih gadis atau perawan tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pap smear ini. Namun untuk wanita pasca menikah sampai umur 40 tahun dianjurkan pemeriksaan berkala setiap tahun, dan di atas 40 tahun dilakukan 2 kali dalam satu tahun.

FAKTOR PENCETUS TIMBULNYA KANKER
Ada beberapa pendapat sebagai pencetus timbulnya kanker leher rahim, karena memang penyebab pasti belum ada. Di antaranya adalah infeksi dan juga rangsangan terus-menerus pada leher rahim, misalnya karena coitus (hubungan seksual) dengan frekwensi tinggi dari si wanita, pergantian partner pada kegiatan sex dari pihak wanita, serta kecenderungan beberapa kali menikah. Pasangan dari laki-laki juga turut memberikan peranan untuk mencetuskan kanker ini, yaitu tidak dikhitan (circumsisi) dari buah zakarnya.

Penelitian menunjukkan bahwa kanker leher rahim ini juga berkaitan dengan penyakit menular seksual dengan agen penyebaran adalah virus human papilloma. Ada juga yang menyatakan virus herpes tipe 2 sebagai biang keladinya, atau peradangan yang disebabkan parasit trichomonas vaginalis.

Faktor risiko lainnya yaitu hubungan seksual (awal aktivitas sex) maupun menikah sebelum usia 17 tahun. Benda-benda yang sering merangsang serviks, sering juga turut sebagai pemicu munculnya kanker ganas di leher rahim. Ada kecurigaan juga, bahwa susu yang dikonsumsi secara berlebihan akan meningkatkan risiko penyakit di serviks, terutama kanker serviks karena terjadi ketidakseimbangan hormon.

MENCEGAH LEBIH AWAL DENGAN MENJAGA AGAMA
Penyebab pasti kanker serviks dengan sifat ganasnya dan bisa menyebabkan kematian tersebut memang belum ditemukan. Namun dari uraian pencetus timbulnya kanker ini, kemungkinan yang paling mendekati adalah berganti-ganti pasangan dalam aktivitas sex dari para kaum hawa. Kondisi pergantian partner ini jelas biasa terjadi pada wanita-wanita PSK (Pekerja Sex Komersil) atau wanita tuna susila. Sudah pasti mereka juga mudah terpapar infeksi atau penyakit menular seksual yang cenderung sebagai pemicu penyakit ini. Kemudian yang paling mendekati lagi adalah mereka yang melakukan sanggama tanpa ikatan sah secara agama.

Dua kondisi di atas, selain mereka melakukan perzinahan, mereka tidak mengenal atau meninggalkan mandi janabah sebagai syariat wajib setelah melakukan hubungan suami istri yang sah. Syariat ini dilakukan dalam rangka ketaqwaan dan keimanan seorang hamba terhadap Rabb pencipta manusia. Selain itu hikmah dengan adanya mandi janabah ini, sudah tentu kebersihan dan kesucian tubuh tetap terjaga dan terpelihara.

Pernyataan bahwa risiko terjadinya kanker leher rahim ini karena aktivitas sexual maupun mereka yang menikah di bawah usia 17 tahun, tentunya pernyataan yang kedua ini tidak kita ikuti sebagai seorang muslim. Namun kita kembalikan asumsi ini, bahwa kemungkinan adalah aktivitas sex mereka di bawah umur 17 tahun tanpa diikat dengan suatu pernikahan resmi secara agama.

Aisyah radhiyallahu’anhuma istri Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menikah masih dalam usia dini, dan tentunya umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagian telah dan akan mengikutinya.

Demikian pula kita sebagai muslim dengan aqidah yang benar akan menolak pendapat yang menyatakan bahwa penyakit ini akibat seringnya melahirkan dengan konsekwensi jumlah anak banyak, karena agama Islam melarang membatasi jumlah kelahiran kecuali ada udzur tertentu. Selain itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyukai umat Islam ini tidak sedikit pada hari Kiamat nanti.

PENUTUP
Kanker ganas di leher rahim kebanyakan menyerang para wanita yang cenderung tidak menjaga kesucian agamanya. Namun demikian, wanita baik-baik pun bisa saja terkena apabila terdapat imbas penyakit kelamin dari suami yang pernah kontak dengan para pekerja sek komersial. Juga tanpa ada latar belakang perbuatan maksiat, tidak menutup kemungkinan mereka kaum wanita bisa terserang kanker ganas ini, karena memang risiko terjadinya penyakit kanker leher rahim ini beragam.

Sudah tentu penyakit yang menimpa seseorang adalah takdir dan kehendak Allah. Musibah penyakit mempunyai manfaat terhadap manusia itu sendiri, di antaranya sebagai pelebur dosa seseorang, cobaan terhadap hamba-hambaNya, ujian kesabaran serta keimanan kepadaNya, mengembalikan para hamda kepada Rabb-nya dan mengingat kelalaiannya, serta masih banyak lagi faidah yang bisa diperoleh manusia.

Berbahagialah sebagai wanita dan istri shalihah mentaati Allah dan RasulNya, dan mampu menjaga agamanya. Sudah pasti Allah akan selalu menjaganya.

اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ اِحْفَظِ اللهَ َتَجِدُهُ تُجَا هَكَ

"Jagalah (agama) Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu dapati Dia di hadapanmu". [HR Tirmidzi, hadist hasan shahih].
READ MORE - KANKER LEHER RAHIM (Dunia akhwat )

Konsep Islam Tentang Wanita

Wanita merupakan salah satu kelompok dari makhluk Allah Subhanahu wa Ta'ala yang paling banyak mendapat sorotan dan perhatian. Karena itu, banyak sekali buku yang telah ditulis oleh para ulama tentang wanita, bahkan di dalam Al-Qur'an, ada satu surat yang dinamai dengan An Nisa yang artinya wanita. Disamping itu, kita juga mengenal adanya gerakan wanita yang memperjuangkan hak-hak wanita, emansipasi wanita atau disebut juga pada masa sekarang dengan kesetaraan gender.

Ada beberapa konsep yang perlu kita pahami di dalam Islam tentang wanita sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah, salah satunya adalah kesamaan dimata Allah antara laki-laki dengan wanita.

1. Kesamaan Dalam Taqwa.

Perbedaan laki-laki dan wanita bukanlah suatu halangan bagi manusia untuk mencapai ketaqwaan kepada Allah, karena Allah akan memuliakan siapa saja yang bertaqwa kepada-Nya, baik dari kalangan laki-laki maupun wanita serta dari berbagai suku.

Allah berfirman yang artinya : "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS 49:13).

Meskipun demikian, aplikasi ketaqwaan antara laki-laki dengan wanita bisa saja berbeda, karena tugas dan fungsinya yang berbeda, misalnya saja dalam masalah keluarga, laki-laki yang berkewajiban memberi nafkah, sedang wanita yang menerima dan memanfaatkan nafkah itu dengan sebaik-baiknya. Pembagian tugas semacam ini merupakan sesuatu yang wajar, karena memang harus ada pembagian tugas..


2. Kesamaan Dalam Amal.

Iman dan amal shaleh merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, iman harus dibuktikan dengan amal yang shaleh dan amal shaleh harus dilandasi pada iman. Oleh karena itu, siapa saja yang menunjukkan imannya dalam bentuk amal yang shaleh, maka Allah akan memberikan balasan berupa kehidupan yang baik, baik laki-laki maupun wanita. Allah berfirman yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS 16:97).

Oleh karena itu, tidak ada satupun orang yang disia-siakan amalnya, dalam arti ada nilainya dihadapan Allah, ini berarti laki-laki yang beramal shaleh akan mendapatkan pahala dan wanita yang beramal shaleh akan mendapatkan pahala, karena dalam beramal shaleh itu, laki-laki dengan wanita justeru saling saling tolong menolong, Allah berfirman yang artinya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki maupun perempuan (karena) sebagian kamu adalah penolong bagi sebagian yang lain." (QS 3:195, lihat juga QS 40:40.4:124.).


3. Kesamaan Dalam Ibadah, Akhlak dan Sosial.

Kesamaan laki-laki dengan wanita juga bisa diwujudkan dalam ibadah, akhlak dan sosial, meskipun berbeda secara teknis. Karena Allah telah menentukan kesamaan, maka wanita juga akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar seperti yang didapat oleh laki-laki, hal ini difirmankan oleh Allah yang artinya : "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS 33:35).


4. Kesamaan Dalam Da'wah dan Ketaatan.

Da'wah merupakan tugas yang sangat mulia, karena hal ini merupakan kelanjutkan dari tugas para Rasul. Itu sebabnya, tugas ini harus diemban oleh kaum muslimin, baik laki-laki maupun wanita sebagai salah satu wujud dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Manakala hal ini sudah dilaksanakan dengan baik, maka hal ini menjadi salah satu kunci untuk memperoleh rahmat Allah. Allah berfirman yang artinya : "Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasu-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS 9:71).


5. Kesamaan Dalam Dosa dan Pahala.

Dosa dan pahala merupakan sesuatu yang didapat oleh masing-masing orang berdasarkan amal yang dilakukannya. Karena itu seseorang tidak bisa menanggung dosa orang lain atau orang lain yang beramal, tapi kita yang mendapatkan pahalanya. Dalam masalah dosa dan pahala, laki-laki dan wanita akan mendapatkannya, karenanya tidak mungkin kita menganggap dosa kita ditanggung oleh seorang wanita atau mengatakan "gara-gara wanita saya menjadi berdosa", Allah berfirman yang artinya : "(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat perlindungan dan tidak (pula) penolong baginya selain Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang beriman, maka mereka itu masuk syurga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun." (QS 4:123-124).


6. Kesamaan Dalam Ilmu.

Memiliki ilmu yang banyak merupakan keharusan bagi setiap manusia, dengan ilmu yang banyak, manusia bisa banyak beramal shaleh yang didasari ilmu, bukan semata-mata ikut-ikutan. Kewajiban menuntut ilmu bagi wanita sebagaimana laki-laki dikemukakan dalam satu hadits yang artinya:
"Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim (laki-laki maupun perempuan)." (HR. Ibnu Majah).

Oleh karena itu, manakala laki-laki memiliki hak yang besar untuk memperoleh ilmu, maka wanita juga harus memperoleh kesempatan yang sama.


HAK-HAK WANITA.

Disamping adanya berbagai kesamaan kedudukan antara pria dengan wanita, secara khusus, terdapat hak-hak wanita yang tidak bisa diganggu gugat, termasuk oleh laki-laki.

1. MEMILIKI HARTA.

Wanita berhak atas harta yang dimilikinya, baik pemberian orang lain maupun atas usahanya sendiri. Karena itu, manakala wanita telah memiliki suami, suami tetap berkewajiban memberi nafkah kepada isterinya meskipun sang isteri memiliki harta yang banyak. Karena wanita berhak atas harta yang dimilikinya, maka bila dia meninggal dunia dan meninggalkan harta warisan, maka harta warisan itu dibagi menurut ketentuannya, dan suami merupakan diantara yang berhak atas harta warisan itu. Demikian pula sebaliknya, bila suami meninggal dunia, maka isteri berhak atas harta warisan dari harta yang ditinggalkan oleh suaminya.

2. MEMILIH JODOH.

Wanita juga berhak untuk memilih jodoh dalam arti menerima atau menolak lamaran, ini berarti orang tua tidak bisa sembarangan menerima lamaran dari seorang laki-laki meskipun dia menyenanginya. Orang tua harus meminta persetujuan dari anak perempuannya untuk menerima atau menolak lamaran, Rasulullah Saw bersabda : "Seorang janda tidak boleh dinikahi hingga diajak musyawarah dan bila seorang gadis tidak boleh dinikahi hingga ia mengizinkan (persetujuan) nya dan tanda persetujuan seorang gadis adalah diam (ketika ditanya)." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Bahkan dalam kaitan ini, wanita boleh saja menawarkan dirinya untuk dinikahi kepada seorang laki-laki yang shaleh, dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, dikisahkan bahwa Tsabit Al Bannani berkata: "Pada suatu hari aku duduk di dekat Anas r.a. Disampingnya ada puterinya. Lalu Anas berkata: "seorang wanita datang kepada Rasulullah untuk menawarkan dirinya kepada beliau. Wanita itu berkata:"Wahai Rasulullah, apakah engkau berminat kepadaku?". Lalu puteri Anas menimpali: "Alangkah sedikitnya rasa malu perempuan itu, betul-betul buruk, betul-betul buruk". Anas berkata: "Dia lebih baik daripadamu. Dia senang kepada Rasulullah, lalu dia menawarkan dirinya kepada beliau".

3. MEMINTA MAHAR

Dalam perkawinan, wanita dibolehkan menentukan atau memintakan mahar yang disukainya selama hal itu tidak memberatkan dalam arti sesuai dengan kemampuan calon suaminya, hal ini terdapat dalam satu hadits : Diriwayatkan dari Amir bin Rabi'ah bahwa seorang wanita dari Bani Fazarah kawin dengan mahar sepasang sandal. Lalu Rasulullah Saw bertanya: "Apakah engkau rela dari diri dan hartamu dengan sepasang sandal?". Perempuan itu menjawab: "Ya", lalu Rasulullah membolehkannya (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi).

4. MENUNTUT CERAI.

Manakala seorang wanita tidak menyukai isterinya dengan sebab suaminya telah bertindak yang menyalahi ketentuan Islam dalam kehidupan pribadi dan keluarga muslim, maka seorang isteri boleh saja menuntut cerai dari suaminya bila hal itu dianggap dan diyakini sebagai jalan yang terbaik untuk menghindari masalah negatif yang lebih besar, namun bila isteri minta cerai tanpa alasan yang bisa dibenarkan, maka hal itu termasuk perkara yang tidak dibolehkan di dalam Islam, Rasulullah bersabda:
"Janganlah seorang isteri minta cerai dari suaminya tanpa alasan (sebab yang bisa dibenarkan), niscaya dia tidak akan mencium baunya surga yang baunya dapat dirasakan pada jarak tempuh empat puluh tahun." (HR. Ibnu Majah).

5. MENCARI UANG.

Sebagaimana laki-laki, wanita juga dibolehkan atau punya hak untuk mencari uang yang tidak terlalu mengganggu kewajibannya sebagai isteri dan ibu, apalagi bila wanita itu memiliki ilmu yang pemanfaatannya sangat diperlukan masyarakat seperti kedokteran, kebidanan dan sebagainya. Dengan uang itu, wanita punya hak untuk membelanjakannya, zakat, infak dan bershadaqah. Allah berfirman yang artinya : "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS 4:32).

6. MENGHADIRI PERTEMUAN UMUM.

Untuk mendapatkan manfaat yang besar, para wanita juga berhak untuk menghadiri pertemuan yang bersifat umum seperti menghadiri majelis ta'lim, mengikuti shalat berjamaah di masjid meskipun wanita lebih baik shalat di rumah dan sebagainya dengan tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku, dalam satu hadits Rasulullah bersabda : "Apabila seorang isteri minta izin suaminya untuk pergi ke masjid, maka janganlah suami melarangnya." (HR. Bukhari).

Dari uraian di atas, kita bisa simpulkan bahwa pada dasarnya laki-laki dan wanita dimata Allah memiliki kedudukan yang sama, karena itu meskipun apa yang dilakukan laki-laki berbeda dengan apa yang dilakukan oleh wanita, tapi wanita akan memiliki nilai yang sama seperti yang dilakukan laki-laki. Wanita yang menunaikan haji dan umrah akan mendapatkan nilai sebagaimana nilai laki-laki yang berperang di jalan Allah, karena bagi wanita tidak ada keharusan untuk ikut serta dalam kecamuk perang sebagaimana keharusan itu pada laki-laki.

Demikian beberapa penjelasan umum tentang pandangan Islam terhadap wanita, suatu pandangan yang begitu memuliakan wanita dalam kehidupannya di dunia ini.

Wallohu a'lam.
Dikutip dari : Drs. A. Yani
READ MORE - Konsep Islam Tentang Wanita

Bahagiakan Orang Tua....Datanglah Bahagia...!!!

Renungan Ayat Dan Hadist

Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan” ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Israa: 23-24)

Tiga macam do'a (yang) dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa kedua orang tua, dan do'a seorang musafir (yang berpergian dg tujuan baik). (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Hadist Sahih)


Salah Satu Kiat Orang Sukses…
Alhamdulilah, kami sering mengantar orang untuk berhaji atau berumrah, baik sebagai pembimbing Ibadah ataupun pergi bersama keluarga. Di saat menjadi pembimbing Ibadah, berbagai macam watak dan peranggai jamaah sering ditemui. Beberapa kali saya sering mengamati jamaah yang dianggap Mapan, sukses dalam bisnis atau karir. Dan semuanya jawabannya satu..apa itu?? Ternyata mereka adalah orang-orang yang sangat menghormati dan mentaati kedua orang tuanya,khususnya sang Ibu.
Kategori hormat dan taat ini bukan saja taat dan patuh, namun pula mengurus semua keperluan ketika orang tuanya sudah tua.

Ortu Bukan Tempat Curhat Saja…Uruslah Mereka
Orang tua bukan sekedar curahan hati kita, ketika ditimpa masalah baik dalam rumah tangga, pekerjaan, kita langsung telepon orang tua dan mulailah curhat. Namun ketika butuh bantuan atau ketika dapat rezeki, berbagai alasan kita ungkapkan:

“Duh…maaf yah bu, saya sibuk dengan kerjaan..ntar deh yah kalau ada waktu luang….
…Wah bu/Pak, saya nggak punya duit sekarang…Ibu kan tahu gaji saya berapa! Belum lagi keperluan rumah tangga???...
...Suami saya tuh Pak...nggak tahu perasaan saya...nggak pernah ngebahagiain aku...!!!
...Istri saya tuh Bu...kerjaanya main FB melulu..!!
…..Kenapa sih Pak minta uang terus?? Kan Bapak tahu saya nih cuman pegawai negeri???


Dan masih banyak lagi alasan kita yang pada dasarnya menunjukan betapa kita sering menjadikan orang tua tempat mengadu, tempat curhat semua kesulitan kita. Seakan-sekan mereka hanya mendengar semua ocehan kita, semua kesulitan kita dari kecil sampai berkeluarga sekalipun....

Sudah saatnya kita membahagiakan orang tua kita....Kita punya masalah keluarga/rumah tangga..Sssttt jangan bilang mereka..
Kita punya masalah dengan pekerjaan...ssttt mereka tidak perlu tahu...
Beri kabar yang gembira saja...agar hatinya senang dan bahagia.

Tahukah…!!! Ternyata permintaan orang tua kita ini…apapun permintaannya..akan mengundang rahmat dan berkah Allah??? Apa tuh???..sukses dan bahagia…
Minimal bahagiakan hati mereka, tampakan di depan mereka bahwa kita anak yang baik, patuh dan taat.

Jawabannya Satu….Hormati, patuh dan sayangi Orang Tua ..!!
Berbagai persoalan hidup pastilah silih berganti datang dalam kehidupan kita, dan ini adalah satu kewajaran. Nah, salah satu solusi jitu menghadapi persoalan ini adalah meminta doa orang tua kita,selain kita hormati mereka pula, kita urus keperluan mereka dengan kemampuan yang ada.
Ketika kita mendapat rezeki, kirim sebagian rezeki kepada mereka, kirim makanan yang baik, urus mereka. Lihat dapur mereka, mungkin ada yang kurang, urus sandang pangan mereka….Kalau kita sering Hang Out…ajaklah mereka sekali-kali.
Tanya mereka...Apa yang mereka mau!!!
Kita mungkin hebat dalam pandangan orang, supel, pandai bergaul, selalu mengikuti mode, shoping di mall, karir ok, pekerjaan bagus... de el el…
tapi mungkin saja kita dikutuk Allah, manakala kita membiarkan orang tua kita..nun jauh disana, hanya nonton TVRI di TV butut atau mungkin hanya mendengarkan radio saja, sedangkan kita sering nonton di 21,.
Kita tiap minggu makan di restoran2 bersama keluarga, namun orang tua kita hanya makan ikan asin saja, dan atap rumahnya pun bocor lagi.
Kita sering having fun ke dufan, Bali, lombok, Disnyeland Hong Kong..sedangkan ortu kita hanya duduk termenung karena tidak ada yang mengajak?????
Kita siapkan dana untuk haji dan umrah..namun ortu kita..tidak kita ajak dengan alasan dana hanya cukup untuk berdua saja.
Sukseskah kita dengan cara seperti itu??? Akankah Allah memandang kita sebagai seorang hamba yang soleh dan taat??? Nudzubillah min dzalik…
Ternyata ketika kita sukses, bahagia…itu bukan karena tangan kita….nun jauh disana orang tua kita mendoakan untuk kita hatinya senang, bahagia karena kita telah membahagiakan mereka…
Pantaslah mereka akan berdoa sambil menjerit:

…” Ya Allah bahagiakan anakku, sukseskan anakku…karena dia telah membahagiakan aku….”

Bagaimana Cara Kita Agar Tetap Membahagiakan Orang Tua Meskipun Mereka Telah Wafat??
Doakan mereka sesudah shalat wajib, hajikan mereka jika mereka belum berhaji (haji badal), punya rezeki? sedekahkan atas nama orang tua kita. Ada yang mambangun Madrasah atau Masjid?? infaq kan atas nama orang tua...dan banyak lagi caranya

Doa Untuk Ibunda:
Untuk Ibuku….Dengan kasih sayangmu,..aku bisa begini…dengan didikanmu…aku bisa menikmati hidupku…Ya Allah Ya Karim..maafkan aku yang belum menjadi anak yang patuh dan taat…..terimalah amal solih ibuku..Ya Allah…luaskan dan terangi kuburnya..


Ayo..Jadikan diri Kita Ladang Amal dan Pembawa Rahmat
Di Page Islam yang antum baca ini, ada tulisan .. SUGGEST TO FRIENDS…di sebelah kiri layar monitor. Klik saja dan akan terlihat semua list friends…klik teman-teman kita agar Page ini sampai di teman2 kita.

Ayo teman..pahala dan keberkahan ada dimana-mana..kebaikan ada dimana-mana…kita mulai dari yang kecil agar mampu berbuat lebih besar lagi.

Teman-Teman..Mohon menulis komen yang baik dan bermanfaat..dari pada hanya akan menyinggung perasaan orang lain, lebih baik berdoa saja. Sekecil apapun bentuknya tentulah ada balasannya.

Kang Ackmanz

READ MORE - Bahagiakan Orang Tua....Datanglah Bahagia...!!!

Ketika Tertimpa Kesusahan

Apa yang dilakukan saat kita tertimpa kesusahan? Kebanyakan orang mengeluh, marah, dan menyalahkan orang lain. Padahal, semua itu tidak akan menolong kesusahannya. Sesering apa pun kita mengeluh, kesusahan tidak akan hilang dari diri kita. Kita semua sudah membuktikannya.

Mengeluh justru mengarahan fokus pikiran kita kepada hal yang negatif. Energi negatif kita justru akan makin bertambah dan ini merusak mental dan kesehatan kita. Seharusnya, saat hal negatif menimpa kita, fokuskan pikiran kita kpada hal-hal yang positif yang membesarkan jiwa.

Langkah #1: Sebutlah Kebesaran Allah

Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.: Bahwa Nabi saw. ketika tertimpa Kesusahan, beliau berdoa: “Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun, tidak ada Tuhan selain Allah Tuhan Yang Memiliki Arsy nan Agung, tidak ada Tuhan selain Allah Tuhan segenap langit, Tuhan bumi serta Tuhan Arsy nan Mulia”. (Shahih Muslim No.4909)

Saat kita mengingat kebesaran Allah, maka sebesar apa pun masalah kita pasti kecil di hadapan Allah SWT. Hal ini akan membesar jiwa kita. Kita tidak akan kerdil lagi di hadapan kesulitan yang menimpa kita. Jika kita sudah bebesar hati, maka kita akan berpikir besar dan tindakan kita pun akan mampu untuk mengatasi segala kesulitan.

Langkah #2: Berdo’alah di Sepertiga Malam

Apabila tersisa sepertiga dari malam hari Allah ‘Azza wajalla turun ke langit bumi dan berfirman : “Adakah orang yang berdo’a kepadaKu akan Kukabulkan? Adakah orang yang beristighfar kepada-Ku akan Kuampuni dosa- dosanya? Adakah orang yang mohon rezeki kepada-Ku akan Kuberinya rezeki? Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya?” Yang demikian (berlaku) sampai tiba waktu fajar (subuh). (HR. Ahmad)

Setelah kita mengingat kebesaran Allah, dilanjutkan dengan panjatan do’a maka insya Allah kesulitan kita akan segera sirna. Kita sudah memiliki jiwa yang besar kemudian kita memiliki harapan karena do’a kita akan dikabulkan oleh Allah SWT.

Langkah #3: Menolong Orang yang Dalam Kesempitan.

Barangsiapa ingin agar do’anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad)

Seringkali kita berkata, “Bagaimana mau menolong orang lain, kita sendiri perlu ditolong?”

Justru, dengan menolong orang lainlah kita akan mendapatkan pertolongan dari Allah. Kita akan terhindar dari kesulitan jika kita menghindarkan kesulitan orang lain.

Mudah-mudahan saya dan Anda, kita semua, menjadi hamba Allah yang selalu ingat dengan kebesaran Allah, memanjatkan do’a di sepertiga malam, dan berusaha menolong orang yang dalam kesempitan semampu kita. Amin.


http://www.motivasi-islami.com/artikel/ketika-tertimpa-kesusahan/
READ MORE - Ketika Tertimpa Kesusahan

:: untukmu wanita :::

Subhanallah, Separuh Kebaikan Dunia Disandarkan Pada Perempuan

Agama Islam sangat memuliakan dan mengagungkan kedudukan kaum perempuan, dengan menyamakan mereka dengan kaum laki-laki dalam mayoritas hukum-hukum syariat, dalam kewajiban bertauhid kepada Allah, menyempurnakan keimanan, dalam pahala dan siksaan, serta keumuman anjuran dan larangan dalam Islam.

Allah Ta’ala berfirman,

{وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا}

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” (QS an-Nisaa’:124).

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

{مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS an-Nahl:97)[1].

Sebagaimana Islam juga sangat memperhatikan hak-hak kaum perempuan, dan mensyariatkan hukum-hukum yang agung untuk menjaga dan melindungi mereka[2].

Syaikh Shaleh al-Fauzan berkata, “Wanita muslimah memiliki kedudukan (yang agung) dalam Islam, sehingga disandarkan kepadanya banyak tugas (yang mulia dalam Islam). Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyampaikan nasehat-nasehat yang khusus bagi kaum wanita[3], bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan wasiat khusus tentang wanita dalam kutbah beliau di Arafah (ketika haji wada’)[4]. Ini semua menunjukkan wajibnya memberikan perhatian kepada kaum wanita di setiap waktu…[5].

Tugas dan peran penting wanita

Agungnya tugas dan peran wanita ini terlihat jelas pada kedudukannya sebagai pendidik pertama dan utama generasi muda Islam, yang dengan memberikan bimbingan yang baik bagi mereka, berarti telah mengusahakan perbaikan besar bagi masyarakat dan umat Islam.

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin berkata, “Sesungguhnya kaum wanita memiliki peran yang agung dan penting dalam upaya memperbaiki (kondisi) masyarakat, hal ini dikarenakan (upaya) memperbaiki (kondisi) masyarakat itu ditempuh dari dua sisi:

- Yang pertama: perbaikan (kondisi) di luar (rumah), yang dilakukan di pasar, mesjid dan tempat-tempat lainnya di luar (rumah). Yang perbaikan ini didominasi oleh kaum laki-laki, karena merekalah orang-orang yang beraktifitas di luar (rumah).

- Yang kedua: perbaikan di balik dinding (di dalam rumah), yang ini dilakukan di dalam rumah. Tugas (mulia) ini umumnya disandarkan kepada kaum wanita, karena merekalah pemimpin/pendidik di dalam rumah, sebagaimana firman Allah Ta’ala kepada istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

{وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى، وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya” (QS al-Ahzaab:33).

Oleh karena itu, tidak salah kalau sekiranya kita mengatakan: bahwa sesungguhnya kebaikan separuh atau bahkan lebih dari (jumlah) masyarakat disandarkan kepada kaum wanita. Hal ini dikarenakan dua hal:

1. Jumlah kaum wanita sama dengan jumlah laki-laki, bahkan lebih banyak dari laki-laki. Ini berarti umat manusia yang terbanyak adalah kaum wanita, sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam…Berdasarkan semua ini, maka kaum wanita memiliki peran yang sangat besar dalam memperbaiki (kondisi) masyarakat.

2. Awal mula tumbuhnya generasi baru adalah dalam asuhan para wanita, yang ini semua menunjukkan mulianya tugas kaum wanita dalam (upaya) memperbaiki masyarakat[6].

Makna inilah yang diungkapkan seorang penyair dalam bait syairnya:

الأم مدرسة إذا أعددتَها

أعددتَ شَعْباً طَيِّبَ الأعراق

Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya

Berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya[7]

Bagaimana seorang wanita mempersiapkan dirinya agar menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya?

Agar seorang wanita berhasil mengemban tugas mulia ini, maka dia perlu menyiapkan dalam dirinya faktor-faktor yang sangat menentukan dalam hal ini, di antaranya:

1- Berusaha memperbaiki diri sendiri.

Faktor ini sangat penting, karena bagaimana mungkin seorang ibu bisa mendidik anaknya menjadi orang yang baik, kalau dia sendiri tidak memiliki kebaikan tersebut dalam dirinya? Sebuah ungkapan Arab yang terkenal mengatakan:

فاقِدُ الشَّيْءِ لا يُعْطِيْهِ

“Sesuatu yang tidak punya tidak bisa memberikan apa-apa”[8].

Maka kebaikan dan ketakwaan seorang pendidik sangat menetukan keberhasilannya dalam mengarahkan anak didiknya kepada kebaikan. Oleh karena itu, para ulama sangat menekankan kewajiban meneliti keadaan seorang yang akan dijadikan sebagai pendidik dalam agama.

Dalam sebuah ucapannya yang terkenal Imam Muhammad bin Sirin berkata: “Sesungguhnya ilmu (yang kamu pelajari) adalah agamamu (yang akan membimbingmu mencapai ketakwaan), maka telitilah dari siapa kamu mengambil (ilmu) agamamu”[9].

Faktor penting inilah yang merupakan salah satu sebab utama yang menjadikan para sahabat Nabi menjadi generasi terbaik umat ini dalam pemahaman dan pengamalan agama mereka. Bagaimana tidak? Da’i dan pendidik mereka adalah Nabi yang terbaik dan manusia yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala, yaitu Nabi kita Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Makna inilah yang diisyaratkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,

{وكيف تكفرون وأنتم تتلى عليكم آيات الله وفيكم رسوله}

“Bagaimana mungkin (baca: tidak mungkin) kalian (wahai para sahabat Nabi), (sampai) menjadi kafir, karena ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian (sebagai pembimbing)” (QS Ali ‘Imraan:101).

Contoh lain tentang peranan seorang pendidik yang baik adalah apa yang disebutkan dalam biografi salah seorang Imam besar dari kalangan tabi’in, Hasan bin Abil Hasan Al Bashri[10], ketika Khalid bin Shafwan[11] menerangkan sifat-sifat Hasan Al Bashri kepada Maslamah bin Abdul Malik[12] dengan berkata: “Dia adalah orang yang paling sesuai antara apa yang disembunyikannya dengan apa yang ditampakkannya, paling sesuai ucapan dengan perbuatannya, kalau dia duduk di atas suatu urusan maka diapun berdiri di atas urusan tersebut…dan seterusnya”, setelah mendengar penjelasan tersebut Maslamah bin Abdul Malik berkata: “Cukuplah (keteranganmu), bagaimana mungkin suatu kaum akan tersesat (dalam agama mereka) kalau orang seperti ini (sifat-sifatnya) ada di tengah-tengah mereka?”[13].

Oleh karena itulah, ketika seorang penceramah mengadu kepada Imam Muhammad bin Waasi’[14] tentang sedikitnya pengaruh nasehat yang disampaikannya dalam merubah akhlak orang-orang yang diceramahinya, maka Muhammad bin Waasi’ berkata, “Wahai Fulan, menurut pandanganku, mereka ditimpa keadaan demikian (tidak terpengaruh dengan nasehat yang kamu sampaikan) tidak lain sebabnya adalah dari dirimu sendiri, sesungguhnya peringatan (nasehat) itu jika keluarnya (ikhlas) dari dalam hati maka (akan mudah) masuk ke dalam hati (orang yang mendengarnya)” [15].

2- Menjadi teladan yang baik bagi anak-anak.

Faktor ini sangat berhubungan erat dengan faktor yang pertama, yang perlu kami jelaskan tersendiri karena pentingnya.

Menampilkan teladan yang baik dalam sikap dan tingkah laku di depan anak didik termasuk metode pendidikan yang paling baik dan utama. Bahkan para ulama menjelaskan bahwa pengaruh yang ditimbulkan dari perbuatan dan tingkah laku yang langsung terlihat terkadang lebih besar dari pada pengaruh ucapan[16].

Hal ini disebabkan jiwa manusia itu lebih mudah mengambil teladan dari contoh yang terlihat di hadapannya, dan menjadikannya lebih semangat dalam beramal serta bersegera dalam kebaikan[17].

Oleh karena itulah, dalam banyak ayat al-Qur’an Allah Ta’ala menceritakan kisah-kisah para Nabi yang terdahulu, serta kuatnya kesabaran dan keteguhan mereka dalam mendakwahkan agama Allah Ta’ala, untuk meneguhkan hati Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan mengambil teladan yang baik dari mereka[18]. Allah Ta’ala berfirman,

{وكلا نقص عليك من أنباء الرسل ما نثبت به فؤادك، وجاءك في هذه الحق وموعظة وذكرى للمؤمنين}

“Dan semua kisah para Rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS Hud:120).

Syaikh Bakr Abu Zaid, ketika menjelaskan pengaruh tingkah laku buruk seorang ibu dalam membentuk kepribadian buruk anaknya, beliau berkata,

“Jika seorang ibu tidak memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan (kecantikannya di luar rumah), senang bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahramnya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktek (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya kepada) penyimpangan (akhlak) dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa (kesadaran untuk) memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu, inilah yang dinamakan dengan ‘pengajaran pada fitrah (manusia)’ “[19].

Sehubungan dengan hal ini, imam Ibnul Jauzi membawakan sebuah ucapan seorang ulama salaf yang terkenal, Ibarahim al-Harbi[20]. Dari Muqatil bin Muhammad al-’Ataki, beliau berkata: Aku pernah hadir bersama ayah dan saudaraku menemui Abu Ishak Ibrahim al-Harbi, maka beliau bertanya kepada ayahku: “Mereka ini anak-anakmu?”. Ayahku menjawab: “Iya”. (Maka) beliau berkata (kepada ayahku): “Hati-hatilah! Jangan sampai mereka melihatmu melanggar larangan Allah, sehingga (wibawamu) jatuh di mata mereka”[21].

3- Memilih metode pendidikan yang baik bagi anak

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-’Utsaimin berkata, “Yang menentukan (keberhasilan) pembinaan anak, susah atau mudahnya, adalah kemudahan (taufik) dari Allah Ta’ala, dan jika seorang hamba bertakwa kepada Allah serta (berusaha) menempuh metode (pembinaan) yang sesuai dengan syariat Islam, maka Allah akan memudahkan urusannya (dalam mendidik anak), Allah Ta’ala berfirman,

{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً}

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya” (QS. ath-Thalaaq:4)[22].

Termasuk metode pendidikan yang benar adalah membiasakan anak-anak sejak dini melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya, sebelum mereka mencapai usia dewasa, agar mereka terbiasa dalam ketaatan.

Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani ketika menjelaskan makna hadits yang shahih ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang Hasan bin ‘Ali memakan kurma sedekah, padahal waktu itu Hasan t masih kecil[23], beliau menyebutkan di antara kandungan hadits ini adalah: bolehnya membawa anak kecil ke mesjid dan mendidik mereka dengan adab yang bermanfaat (bagi mereka), serta melarang mereka melakukan sesuatu yang membahayakan mereka sendiri, (yaitu dengan) melakukan hal-hal yang diharamkan (dalam agama), meskipun anak kecil belum dibebani kewajiban syariat, agar mereka terlatih melakukan kebaikan tersebut[24].

Syaikh Bakr Abu Zaid berkata, “Termasuk (pembinaan) awal yang diharamkan (dalam Islam) adalah memakaikan pada anak-anak kecil pakaian yang menampakkan aurat, karena ini semua menjadikan mereka terbiasa dengan pakaian dan perhiasan tersebut (sampai dewasa), padahal pakaian tersebut menyerupai (pakaian orang-orang kafir), menampakkan aurat dan merusak kehormatan”[25].

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin ketika ditanya: apakah diperbolehkan bagi anak kecil, laki-laki maupun perempuan, untuk memakai pakaian pendek yang menampakkan pahanya? Beliau menjawab: “Sudah diketahui bahwa anak kecil yang umurnya dibawah tujuh tahun, tidak ada hukum (larangan menampakkan) bagi auratnya. Akan tetapi membiasakan anak-anak kecil memakai pakaian yang pendek dan menampakkan aurat (seperti) ini tentu akan membuat mereka mudah (terbiasa) membuka aurat nantinya (setelah dewasa). Bahkan bisa jadi seorang anak (setelah dewasa) tidak malu menampakkan pahanya, karena sejak kecil dia terbiasa menampakkannya dan tidak peduli dengannya… Maka menurut pandanganku anak-anak (harus) dilarang memakai pakaian (seperti) ini, meskipun mereka masih kecil, dan hendaknya mereka memakai pakaian yang sopan dan jauh dari (pakaian) yang dilarang (dalam agama)”[26].

Seorang penyair mengungkapkan makna ini dalam bait syairnya:

Anak kecil itu akan tumbuh dewasa di atas apa yang terbiasa (didapatkannya) dari orang tuanya

Sesungguhnya di atas akarnyalah pohon itu akan tumbuh[27]

Senada dengan syair di atas, ada pepatah arab yang mengatakan:

“Barangsiapa yang ketika muda terbiasa melakukan sesuatu maka ketika tua pun dia akan terus melakukannya”[28].

4- Kesungguhan dan keseriusan dalam mendidik anak

Syaikh Bakr Abu Zaid berkata: “Anak-anak adalah amanah (titipan Allah Ta’ala) kepada kedua orang tua atau orang yang bertanggungjawab atas urusan mereka. Maka syariat (Islam) mewajibkan mereka menunaikan amanah ini dengan mendidik mereka berdasarkan petunjuk (agama) Islam, serta mengajarkan kepada mereka hal-hal yang menjadi kewajiban mereka, dalam urusan agama maupun dunia. Kewajiban yang pertama (diajarkan kepada mereka) adalah: menanamkan ideologi (tentang) iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para Rasul, hari akhirat, dan mengimani takdir Allah yang baik dan buruk, juga memperkokoh (pemahaman) tauhid yang murni dalam jiwa mereka, agar menyatu ke dalam relung hati mereka. Kemudian mengajarkan rukun-rukun Islam pada diri mereka, (selalu) menyuruh mereka mendirikan shalat, menjaga kejernihan sifat-sifat bawaan mereka (yang baik), menumbuhkan (pada) watak mereka akhlak yang mulia dan tingkah laku yang baik, serta menjaga mereka dari teman pergaulan dan pengaruh luar yang buruk.

Inilah rambu-rambu pendidikan (Islam) yang diketahui dalam agama ini secara pasti (oleh setiap muslim), yang karena pentingnya sehingga para ulama menulis kitab-kitab khusus (untuk menjelaskannya)…Bahkan (metode) pendidikan (seperti) ini adalah termasuk petunjuk para Nabi dan bimbingan orang-orang yang bertakwa (para ulama salaf)”[29].

Lebih lanjut, syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin menekankan pentingnya masalah ini dalam ucapan beliau: “Anak-anak pada masa awal pertumbuhan mereka, yang selalu bersama mereka adalah seorang ibu, maka jika sang ibu memiliki akhlak dan perhatian yang baik (kepada mereka), (tentu) mereka akan tumbuh dan berkembang (dengan) baik dalam asuhannya, dan ini akan memberikan dampak (positif) yang besar bagi perbaikan masyarakat (muslim).

Oleh karena itu, wajib bagi seorang wanita yang mempunyai anak, untuk memberikan perhatian (besar) kepada anaknya dan kepada (upaya) mendidiknya (dengan pendidikan yang baik). Kalau dia tidak mampu melakukannya seorang diri, maka dia bisa meminta tolong kepada suaminya atau orang yang bertanggung jawab atas urusan anak tersebut…

Dan tidak pantas seorang ibu (bersikap) pasrah dengan kenyataan (buruk yang ada), dengan mengatakan: “Orang lain sudah terbiasa melakukan (kesalahan dalam masalah) ini dan aku tidak bisa merubah (keadaan ini)”.

Karena kalau kita terus menerus pasrah dengan kenyataan (buruk ini), maka nantinya tidak akan ada perbaikan, sebab (dalam) perbaikan mesti ada (upaya) merubah yang buruk dengan cara yang baik, bahkan merubah yang (sudah) baik menjadi lebih baik (lagi), supaya semua keadaan kita (benar-benar) menjadi baik.

Di samping itu, (sikap) pasrah pada kenyataan (buruk yang ada) adalah hal yang tidak diperbolehkan dalam syariat Islam. Oleh karena itulah, ketika Allah mengutus Nabi kepada kaumnya yang berbuat syirik (bangsa Arab jahiliyyah), yang masing-masing mereka menyembah berhala, memutuskan hubungan kekeluargaan, berbuat aniaya dan melampaui batas terhadap orang lain tanpa alasan yang benar, (pada waktu itu) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lantas (bersikap) pasrah (pada kenyataan yang ada), bahkan Allah sendiri tidak mengizinkan beliau (bersikap) pasrah pada kenyataan (buruk tersebut). Allah memerintahkan kepada beliau:

“Maka sampaikanlah (secara terang-terangan) segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah (jangan pedulikan) orang-orang yang musyrik” (QS al-Hijr:94)”[30].


Penutup

Demikianlah, semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada para wanita muslimah, agar mereka menyadari mulianya tugas dan peran mereka dalam Islam, dan agar mereka senantiasa berpegang teguh dengan petunjuk-Nya dalam mendidik generasi muda Islam dan dalam urusan-urusan kehidupan lainnya.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 8 Syawwal 1430 H

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

http://.muslim.or.id


[1] Lihat keterangan syaikh Bakr Abu Zaid dalam kitab “Hiraasatul fadhiilah” (hal. 17).

[2] Lihat kitab “al-Mar’ah, baina takriimil Islam wa da’aawat tahriir” (hal. 6).

[3] Misalnya dalam HSR al-Bukhari (no. 3153) dan Muslim (no. 1468).

[4] Dalam HSR Muslim (no. 1218).

[5] Kitab “at-Tanbiihaat ‘ala ahkaamin takhtashshu bil mu’minaat” (hal. 5).

[6] Kitab “Daurul mar-ati fi ishlaahil mujtama’” (hal. 3-4).

[7] Dinukil oleh syaikh Shaleh al-Fauzan dalam kitab “Makaanatul mar-ati fil Islam” (hal. 5).

[8] Dinukil oleh syaikh al-Albani dalam kitab “at-Tawassul, ‘anwaa’uhu wa ahkaamuhu” (hal. 74).

[9] Muqaddimah shahih Muslim (1/12).

[10] Beliau adalah Imam besar dan terkenal dari kalangan Tabi’in ‘senior’ (wafat 110 H), memiliki banyak keutamaan sehingga sebagian dari para ulama menobatkannya sebagai tabi’in yang paling utama, biografi beliau dalam kitab “Tahdziibul kamaal” (6/95) dan “Siyaru a’laamin nubala’” (4/563).

[11] Beliau adalah Abu Bakr Khalid bin Shafwan bin Al Ahtam Al Minqari Al Bashri, seorang yang sangat fasih dalam bahasa Arab, biografi beliau dalam kitab “Siyaru a’laamin nubala’” (6/226).

[12] Beliau adalah Maslamah bin Abdil Malik bin Marwan bin Al Hakam (wafat 120 H), seorang gubernur dari Bani Umayyah, saudara sepupu Umar bin Abdul Aziz dan meriwayatkan hadits darinya, biografi beliau dalam kitab “Tahdziibul kamaal” (27/562) dan “Siyaru a’laamin nubala’” (5/241).

[13] Siyaru a’laamin nubala’ (2/576).

[14] Beliau adalah Muhammad bin Waasi’ bin Jabir bin Al Akhnas Al Azdi Al Bashri (wafat 123 H), seorang Imam dari kalangan Tabi’in ‘junior’ yang taat beribadah dan terpercaya dalam meriwayatkan hadits, Imam Muslim mengeluarkan hadits beliau dalam kitab “Shahih Muslim” . Biografi beliau dalam kitab “Tahdziibul kamaal” (26/576) dan “Siyaru a’laamin nubala’” (6/119).

[15] Kitab “Siyaru a’laamin nubala’” (6/122).

[16] Lihat “al-Mu’in ‘ala tahshili adabil ‘ilmi” (hal. 50) dan “Ma’alim fi thariqi thalabil ‘ilmi” (hal. 124).

[17] Lihat keterangan syaikh Abdurrahman as-Sa’di dalam tafsir beliau (hal. 271).

[18] Lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (2/611).

[19] Kitab “Hirasatul fadhiilah” (hal. 127-128).

[20] Beliau adalah Imam besar, penghafal hadits, Syaikhul Islam Ibrahim bin Ishak bin Ibrahim bin Basyir al-Baghdadi al-Harbi (wafat 285 H), biografi beliau dalam “Siyaru a’alamin nubala’” (13/356).

[21] Kitab “Shifatush shafwah” (2/409).

[22] Kutubu wa rasaa-ilu syaikh Muhammad bin Shaleh al-’Utsaimiin (4/14).

[23] HSR al-Bukhari (no. 1420) dan Muslim (no. 1069).

[24] Fathul Baari (3/355).

[25] Kitab “Hiraasatul fadhiilah” (hal. 10).

[26] Kitab “Majmu’atul as-ilah tahummul usratal muslimah (hal. 146).

[27] Kitab “Adabud dunya wad diin” (hal. 334).

[28] Dinukil dan dibenarkan oleh syaikh Muhammad bin Shaleh al-’Utsaimin dalam “Majmu’atul as-ilah tahummul usratal muslimah (hal. 43).

[29] Kitab “Hiraasatul fadhiilah” (hal. 122).

[30] Kitab “Daurul mar-ati fi ishlaahil mujtama’” (hal. 14-15).
READ MORE - :: untukmu wanita :::