Minggu, 06 Juni 2010

"Emangnya Siap Menjanda?"

Notes ini saya rangkum dari hasil curhat dengan banyak teman-teman para buruh migran di Hongkong. Umumnya tentang masalah ibadah yang sulit dan masalah rumah tangga yang DIANGGAP sudah diambang kehancuran. Biasanya ketika diajak mencari akar permasalahan yang sedang dihadapi dengan suami, mereka pun sadar. Betapa bahagianya ketika mereka menelpon lagi dan mengatakan dengan gembira bahwa hubungan dengan suami sudah membaik. Alhamdulillah. Mohon di-share dengan teman-teman di Hk ya, karena banyak banget kasus ini yang masuk ke meja redaksi. hehehe.

--------------------------
---------------------------------------------------------------------------

Ketika ada masalah, biasanya karena kurang komunikasi. Berjauhan lama dengan suami bisa membuat kita terbiasa . Alah bisa karena biasa. Jangan sampai perasaan ‘biasa berjauhan’ itu muncul. Jagalah rasa rindu kepada keluarga agar tetap ada. Sering-seringlah nelpon atau SMS dengan tiga inti: pertama, menyatakan terima kasih karena ia telah turut menjaga harta dan anak, kedua, minta maaf karena telah meninggalkannya bertahun-tahun dan 'tak ada saat ‘dibutuhkan’, dan ketiga, mohon keridhoannya.

Ketika sedang kesal dengan suami, banyak-banyaklah mengingat kebaikan suami. JADILAH ISTRI YANG BERSYUKUR. Tahan diri untuk tidak menelpon atau SMS dalam keadaan emosi. Banyak teman-teman ketika curhat langsung menyebutkan ‘ingin cerai’ tapi setelah dikorek-korek tidak ditemukan alasan untuk minta cerai. Jika masalahnya adalah suami yang dianggap tidak menjalankan kewajiban sebagai pencari nafkah, ingatlah:
• Kurang penting suami memiliki PEKERJAAN TETAP, yang penting dan wajib adalah TETAP BEKERJA. Kalau memang penghasilan belum mencukupi, jangan dituding suami tidak bertanggung jawab. Rezeki Allah tidak langsung turun kontan dari langit, bisa jadi Allah SWT sedang melihat kemampuan kita untuk bersyukur.
• Bisa jadi gara-gara sang istri yang sudah tidak sabar, baru beberapa tahun menikah dan berupaya langsung memutuskan mengambil alih tugas mencari nafkah, sehingga suami memutuskan lebih baik dia mengurus anak dan tidak ngoyo mencari nafkah, bukankah istri sudah memutuskan mencari nafkah, dan suami mendidik anak? (tukeran ni yee)

Ingat, pada umumnya suami tidak suka istri yang memperlihatkan bahwa dia tidak membutuhkan sang suami, merasa kuat tanpa suami. Apalagi sampai melecehkan suami dengan perkataan atau perbuatan karena mungkin merasa sudah berjasa secara financial. Perlu juga sekali-sekali bermanja-manja lewat telepon, banyak bertanya atau curhat kepada suami, agar suami merasa dibutuhkan.

Mencari nafkah bukanlah kewajiban istri. Namun jika mendesak, itu menjadi sedekah bagi sang istri dan baginya dua pahala, pahala sedekah dan pahala kekerabatan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah ketika menjawab pertanyaan Zainab binti Jahsy. Ikhlaskan, jangan disebut-sebut terus apalagi sampai menyakiti hati suami. (Lah, katanya mau sedekah dan katanya tinggal di Hongkong adalah jihad? )

Targetkan, berapa lama akan meninggalkan keluarga. Banyak teman buruh migrant Hongkong yang saya tanya “sampai kapan akan berpisah dari suami?” menjawab,”Tidak tahu” Maka,bagaimana suami akan 'tahan' ditinggalkan istri bertahun-tahun tanpa kejelasan kapan penantiannya akan berakhir? Tidak adanya istri ketika ‘dibutuhkan’ dapat menjadi alasan dan solusi sah yang sangat masuk akal dan SANGAT MANUSIAWI bagi suami untuk menikah lagi (kecuali jika memang sang istri sudah siap lahir batin dipoligami, monggo, semoga berbuah pahala). KWAJIBAN ISTRI HANYA SATU: 'BERKHIDMAT' KEPADA SUAMI DENGAN SEGALA PENDUKUNGNYA. Karena itu ketika cuti, prioritaskan untuk berbicara dan minta keridhoan suami (termasuk anak). “Apakah benar-benar ridho saya ke Hongkong lagi? Kalu ridho, untuk berapa lama? (karena bisa jadi keridhoannya cuma satu tahun atau satu kontrak. Teruslah memperbaharui ridho, jangan cuma memperbaharui kontrak). Termasuk juga berbicara tentang rencana hidup setelah kembali kepada keluarga, berdasar modal yang telah dimiliki, apa yang akan dilakukan dengan modal tersebut? Bicarakan dengan suami, rencanakan dengan matang.

Banyak mendoakan suami. Minta Allah SWT tetap menguatkan ikatan hati, karena yang mengikat hati manusia adalah Ia. “Ya Allah, aku titipkan suamiku pada-Mu. Jagalah ia dengan penjagaan terbaik-Mu. Lindungi ia dengan perlindungan terbaik-Mu. Tiada daya upaya diri ini untuk mempertahankan cinta ini kecuali dengan kehendak-Mu…”

Semoga teman-teman dapat berkumpul kembali dengan keluarga dalam keadaan yang lebih baik, dan dapat membentuk keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Amin. Cepat pulang ah, jangan sibuk cari dunia. Dunia itu ibarat air laut, gak bikin lepas dahaga. ......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar