Rabu, 28 April 2010

sepak bola dan kekuatan umat

Pada mulanya, sepak bola (football atau soccer)
hanyalah olah-raga permainan. Berolah laga kita
boleh, bermain-main untuk hiburan juga boleh.
Tentu selama, dalam olah-raga atau permainan itu,
tetap mematuhi batas-batas aturan Islam. Contoh,
seperti orang-raga renang. Nabi Saw
menganjurkan Ummatnya belajar berenang. Tetapi
ketika para perenang memakai pakaian minim, di
depan umum, bahkan dilombakan, sehingga
tubuh manusia menjadi tontonan manusia
sejagad, maka cara seperti itu HARAM. Tetapi
renangnya sendiri tetap halal.
Kalau Anda bertanya ke seorang ulama, bagaimana
hukum olah-raga sepak bola? Rata-rata akan
menganggap hal itu sebagai urusan mubah saja.
Kalau pun ada koreksi, biasanya soal pakaian
pemain yang harus menutup aurat, tidak boleh
bermain curang, tidak boleh bermain kekerasan,
dll. Di blog ini saya pernah membahas, bahwa
menyundul bola (heading) termasuk aksi yang
tidak boleh dilakukan. Alasannya, pertama kepala
kita untuk bersujud, sedangkan bola itu sebuah
benda yang ditendang-tendang, diinjak-injak,
dihimpit, dll. Selain itu, heading menyebabkan
benturan keras di kepala. Itu membahayakan
kepala kita sendiri.[Tetapi soal heading ini baru
pendapat pribadi, lho].
Sepak bola umumnya dilihat hanya sekedar olah-
raga saja. Tetapi dalam perkembangan modern,
sepak bola telah menjadi KEKUATAN BESAR yang
mampu menyihir kesadaran miliaran manusia di
dunia, termasuk ratusan juga penduduk Indonesia.
Artinya, olah-raga ini tidak bisa dilihat sport only.
Ada masalah besar yang harus dilihat kaum
Muslimin di balik olah-raga satu ini. Jangan-jangan
ia telah menjadi IDEOLOGI tersendiri.
Mari kita hitung-hitung pengaruh dahsyat sepak
bola dalam kehidupan kaum Muslimin, antara lain:
[1] Banyak Muslim pelit mengeluarkan uang/
hartanya untuk infak, sedekah, zakat, atau berbagai
pembiayaan di jalan-jalan kebajikan Islam. Tetapi
mereka sangat royal dalam membelanjakan
uangnya di dunia bola, dengan membeli kaos,
aksesoris, sticker, tiket stadion, dll.
[2] Banyak Muslim pelit menyumbangkan tenaga,
pikiran, kreasinya untuk memajukan Islam di
bidang pendidikan, dakwah, amar makruf nahi
munkar, ilmiah, publikasi, sosial, budaya, dll. Tetapi
mereka sangat boros energi untuk mendukung
tim-tim sepak bola kesayangan.
[3] Setiap hari masjid-masjid sepi jamaah. Yang
shalat jamaah bisa dicirikan orang-orangnya.
Tetapi stadion bola tidak pernah sepi penonton.
Bahkan sampai membludak, luber ke dekat
lapangan, malah ada ribuan penonton lain yang
tidak kebagian tempat di stadion.
[4] Betapa malasnya kaum Muslimin kalau disuruh
hadir di pengajian, majlis taklim, bahkan sekedar
mengikuti acara pengajian pagi di TV saja, mereka
malas. Apalagi disuruh shalat malam, ampun deh
malasnya. Tetapi untuk nonton bola, rintangan
sesulit apapun akan dilalui. Sampai begadang,
sampai nonton dini hari jam 1-3 pagi, mereka
sanggup. Biasanya, setelah nonton bola pagi,
mereka segera tidur. Baru bangun jam 9 pagi.
Boro-boro shalat malam, Shalat Shubuh saja tidak.
[5] Banyak pemuda Muslim tidak kenal sejarah para
pendahulunya. Tidak tahu sejarah Nabi, tidak tahu
sejarah Shahabat, tidak tahu sejarah Islam. Nama-
nama tokoh Islam pun tidak tahu. Tapi kalau soal
nama-nama pemain bola, klub bola, sejarah bola,
mereka sangat antusias.
[6] Banyak masyarakat Muslim tidak peduli hatinya
kalau melihat ada kasus kezhaliman, invasi,
penganiayaan, pembantaian, bencana alam, dll.
yang terjadi di negeri-negeri Muslim, termasuk di
Indonesia. Hati mereka seperti tidak nyambung
sama sekali dengan kehidupan kaum Muslimin.
Tetapi mereka baru marah, kesal, beringas, bahkan
anarkhis, kalau tim bola kesayangannya kalah atau
dirugikan. Jadi, jihad mereka “Fi Sabili Bola”.
[7] Ada ribuan Muslim yang selalu melupakan
Shalat Lima waktu setiap mereka menyaksikan
pertandingan bola. Bagi mereka, pertandingan bola
lebih penting daripada Shalat. [Na'udzubillah wa
na'udzubillah min dzalik].
[8] Akibat sangat Bola Maniak, sering terjadi
kerusuhan antar supporter. Mereka tidak tahu lagi,
untuk apa kerusuhan itu harus terjadi? Bahkan
kemudian antar sesama Muslim sangat
bermusuhan, misalnya antara Surabaya dengan
Malang, antara Bandung dan Jakarta. Padahal yang
bermusuhan itu masih sama-sama Muslim. Apa
otak mereka tidak dipakai ya, bahwa antar sesama
Muslim itu saling bersaudara?
[9] Sepanjang hari ada jutaan, ratusan juta
penggemar bola Muslim, kepedulian mereka bukan
lagi beramal shalih untuk Akhirat nanti. Tetapi
mereka selalu melakukan “Amal Bola”, yaitu
menunjukkan pengabdian, bhakti, pengorbanan “Fi
Sabili Bola”. Masya Allah.
[10] Banyak sudah martir, orang-orang yang mati
karena sepak bola ini. Ada di kalangan suporter,
ada juga di kalangan pemain, juga petugas
keamanan. Tetapi sangat sedikit yang berani mati
untuk membela agamanya.
Coba Anda perhatikan dengan baik, apa yang telah
terjadi selama ini? Apa yang telah terjadi, kawan?
Sepak bola dianggap lebih penting, lebih berharga,
lebih layak dibela, daripada agama (Islam). Ini
artinya, selama kita telah menjaidkan bola itu
sebagai agama. Agama kita sendiri telah lama
disingkirkan, lalu diambillah agama baru yang
namanya: Football dan FIFA!
Dalam agama bola ini ada HUKUM-nya, yaitu
aturan main bola. Ada HAKIM-nya, yaitu para
wasit. Ada MASJID-nya, yaitu stadion sepak bola.
Ada ULAMA-nya, yaitu pemain top dunia seperti
Christiano Ronaldo, Lionel Messi, Wayne Rooney,
dll. Ada RITUAL-nya, yaitu pertandingan 2 babak,
total 90 menit itu. Ada para JAMAAH-nya, yaitu
para suporter bola yang ribuan, jutaan, ratusan
juta, bahkan miliaran itu. Bahkan ada juga MAAL-
nya, yaitu harta benda manusia yang habis karena
membela bola. Lebih hebat lagi, ada SYAHID-nya,
yaitu orang-orang yang mau mati konyol karena
membela bola.
Luar biasa!!! Olah-raga ini telah menjadi AGAMA
baru, pesaing berat ajaran ISLAM. Masya Allah,
justru agama BOLA ini masuk ke hati kita tidak
disadari, tidak dicurigai, sebab ia masuk sebagai
olah-raga, bukan sebuah way of life. Ya, sebagai
olah-raga ia dianggap mubah saja (boleh). Padahal
sejatinya, ia adalah sebuah jalan hidup, sebuah
agama, sama seperti Islam ini. Bahkan di Eropa
dan Amerika Latin, agama Bola lebih diagung-
agungkan ketimbang ajaran Kristen. Itu fakta dan
benar adanya!
Kalau Yahudi membuat agama baru, besar
kemungkinan akan segera ditolak oleh manusia.
Tetapi ketika Yahudi membuat agama melalui olah-
raga dan hiburan, orang tidak akan curiga. Sebab
dianggap urusan netral saja. Tetapi kemudian,
setelah FANATIK bola itu sangat kuat, barulah kita
sadar, bahwa semua ini ternyata agama juga.
Kalau tak peracaya, coba tanya pada para bola
maniak itu, “Relakan Anda mengorbankan urusan
bola demi membela Islam?” Dijamin mereka tak
akan mau, sebab mereka lebih mencintai bola, dan
bola telah menjadi “agama” sehari-hari. Laa haula
wa laa quwwata illa billah.
Dalam Al Qur’an dikatakan, “Wa laa tamutunna illa
wa antum Muslimun!” (Janganlah kalian mati,
melainkan sebagai seorang Muslim). Maka kita
harus berusaha serta memohon kepada Allah
Ta ’ala agar kelak mati di atas ajaran Islam, bukan
“Fi Sabili Bola”. Amin Allahumma amin.
Ayo deh kita sama-sama tobat dari Bola! Selagi
masih ada kesempatan, Bro! Semoga tulisan ini
menjadi peringatan bagi semua pihak. Khususnya
bagi diri dan keluargaku sendiri! Amin.
AMW.
sumber: http://abisyakir.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar